Banyak Negara Asia Tenggara Punya Rohingya-Rohingya Sendiri

Minggu, 03 September 2017 | 16:48 WIB
Banyak Negara Asia Tenggara Punya Rohingya-Rohingya Sendiri
Direktur Center of Strategic and International Studies (CSIS) Philips Jusario Vermonte [suara.com/Dian Kusumo Hapsari]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies Philips J. Vermonte mengingatkan tragedi kemanusiaan yang sekarang menimpa etnis Rohingya di Myanmar bisa saja terjadi di negara lain, termasuk Indonesia.

"Ini harus menjadi refleksi. Banyak negara negara Asia Tenggara punya Rohingya-Rohingya sendiri. Ada banyak kelompok minoritas juga yang terpaksa keluar dari kampungnya," kata Philips di kantor Amnesty International, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (3/9/2017).

Philips mengatakan kejahatan HAM yang menimpa etnis Rohingya tidak lepas dari dominasi kelompok mayoritas yang mengesampingkan nilai persatuan kebangsaan.

Permasalahan tersebut juga tidak terlepas dari tiga krisis di Myanmar yaitu pembangunan, HAM, dan keamanan.

"Hal ini juga telah terjadi di Indonesia ada praktik diskriminasi dimana kelompok mayoritas tidak menerima minoritas seperti yang terjadi di negara lain, termasuk Indonesia. Artinya, banyak Rohingya-Rohingya lain sebenarnya," ujarnya.

Philips kemudian menyontohkan diskriminasi yang paling nyata terjadi di Indonesia yaitu yang menimpa kelompok Ahmadiyah.

"Misalnya Ahmadiyah yang sampai saat ini masih diperlakukan tidak adik dan banyak juga yang stay di kamp pengungsian. Jadi mungkin ini juga saatnya kita semua perlu memikirkan juga Rohingya-Rohingya kita sendiri," kata Philips.

Bukan konflik agama

Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar mengunjungi Wihara Dharma Bhakti (Cin Te Yen) di Jalan Kemenangan, nomor 3, Glodok, Jakarta Barat. Cak Imin bertemu para bhiksu untuk membicarakan krisis kemanusiaan yang menimpa muslim Rohingya.

Cak Imin mengatakan kekerasan yang menimpa masyarakat Rohingya merupakan tragedi kemanusiaan. Krisis kemanusiaan tersebut bukanlah persoalan agama.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI