Tiap kali selesai kemoterapi, Ica sering masuk ke IGD karena merasakan sakit dan pendarahan pada hidung dan tinja.
“Sendi tulangnya sakit, terus panas, dan akhirnya kita pijitin tapi masih suka sakit,” ujarnya.
Pemiluwati mengatakan hari-hari Ica selama di Jakarta lebih banyak dihabiskan di rumah sakit ketimbang di rumah singgah.
Yang membuat Pemiluwati sedih lagi ialah warna sekujur tubuh Ica berubah kehitaman tiap kali selesai kemoterapi. Kemudian, rambutnya juga rontok.
Ica juga kehilangan berat badan semenjak sakit. Pemiluwati mengatakan dulu badan Ica gemuk dan mengemaskan, namun sekarang tinggal 16 kilogram.
Menurut Suyamto semenjak menjalani kemoterapi, tingkat emosional Ica meningkat.
“Jadi agak sensitif, kalau nggak sesuai sama apa yang dia mau pasti langsung marah-marah,” ujarnya.
Orangtua mengetahui Ica sakit sejak Januari 2017. Tetapi ketika itu karena kekurangan uang, Suyamto dan Pemiluwati baru bisa membawa Ica ke Jakarta pada April 2017.
Di satu sisi orangtua bersyukur karena ada perkembangan positif dari Ica. Tetapi di sisi lain, mereka juga nelangsa karena persediaan uang makin menipis. Maklum, semenjak pergi ke Jakarta, praktis mereka tidak bisa bekerja lagi.
Sebenarnya Suyamto ingin pulang ke Bangka untuk mencari uang. Tetapi, dia bimbang bukan main untuk meninggalkan Ica yang masih harus menunggu jadwal kemoterapi.