Kehilangan masa kecil
Gara-gara penyakit itu, Ica putus sekolah dan berpisah dengan teman-teman di kampung. Dia harus dibawa ke Jakarta untuk mencari pengobatan. Neuroblastoma membuat mata kanan Ica menjadi tidak berfungsi.
Ica dan Suyamto bersyukur mendapatkan kemudahan untuk tinggal sementara di rumah singgah.
“Di sini kan Bangka Tengah, kita dari selatan, terus minta surat rekomendasi dari Pak Erzaldi (Erzaldi Rosman Djohar, gubernur Kepulauan Bangka Belitung) dan terus akhirnya kita dapat di sini. Prosesnya juga nggak ribet, pak gubernur cuma mau lihat kondisi anak kita bagaimana terus siapa orang tuanya,” kata Suyamto.
Pemiluwati bercerita ketika hendak pergi ke Jakarta dari Bangka Belitung. Dia sempat kesulitan berangkat karena masalah keuangan.
“Waktu ke Jakarta itu akhir April, sebelumnya kita sudah dapat surat rujukan ke Jakarta lama banget sebelum memutuskan pergi, namun karena masalah dana ya nggak ada jadi kita sempat nunda, padahal kondisi Ica sudah parah dan disuruh cepat-cepat ke sini,” ujar Pemiluwati.
Keluarga sampai menjual harta benda, seperti sepeda motor. Sampai akhirnya Pemiluwati dan Suyamto mendapatkan uang sekitar Rp50 juta. Uang tersebut didapat dari penjualan barang dan hasil penggalangan dana.
“Ke sini dibiayai oleh pak gubernur, ada juga galang dana dari masyarakat sekitar dan mahasiswa dari Bangka dan Rawamangun, Jakarta,” ujarnya.
Tiba di Jakarta
Tiba di Jakarta, Ica dan orangtuanya dijemput di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, menggunakan mobil ambulance milik rumah singgah Bangka Tengah. Mereka amat bersyukur, meskipun sebenarnya masih bingung dengan nasib di Jakarta.
Hari kedua di Jakarta, Ica langsung dibawa ke RSCM untuk pemeriksaan. Dokter memutuskan dilakukan pengobatan kemoterapi.
“Dokter bilang tindakan operasi belum mampu, karena penyebarannya udah sampai tengkorak kepala, tapi belum sampai otak, jadi mau operasi nggak bisa dan kita ikuti kata dokter aja,” kata Pemiluwati.
Hari demi hari dilewati. Selama empat bulan berobat ke RSCM, orangtua Ica mengeluh karena setiap melakukan kontrol kesehatan, Ica ditangani dokter yang berbeda. Yang membuat Suyamto dan Pemiluwati makin bingung , mereka sering mendapat komentar yang berbeda dari setiap dokter.
Pemiluwati sebenarnya menginginkan Ica dioperasi untuk mengangkat penyakitnya, tetapi sampai sekarang belum terkabul.
“Inginnya operasi angkat akar penyakitnya itu, kan bisa jadi bersih takutnya kalau kemoterapi doang belum tentu bisa bersih,” kata dia. (Maidian Reviani)