Suara.com - Ketika ditemui hari itu, Desi Cahramadani atau Ica (6) sedang asyik bermain. Secara kasat mata, bocah asal Bangka Selatan ini tak ada yang menyangka kena serangan penyakit Neuroblastoma. Neuroblastoma merupakan jenis kanker langka yang berkembang dari neuroblasts atau sel-sel saraf yang belum matang pada anak-anak.
Saat ini, Ica dan kedua orangtua, Suyamto (34) dan Pemiluwati (30), tinggal untuk sementara waktu di rumah singgah milik Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah yang terletak di Jalan DPS, Johar Baru, Jakarta Pusat. Icha sedang berjuang untuk mendapatkan layanan kesehatan dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat.
“Awalnya itu flu nggak sembuh-sembuh, tapi anehnya cuma sebelah kanan aja pileknya,” ujar Pemiluwati ketika mulai menceritakan apa yang terjadi pada putrinya.
Dia belum berpikir terlalu jauh mengenai masalah yang dialami Ica. Ica hanya diberi obat-obat biasa dengan harapan dapat mengusir flu.
Dua bulan kemudian, kata Pemiluwati, hidung Ica mulai mengeluarkan aroma yang tidak sedap.
“Waktu flu dua bulan, kirain flu biasa kita pakai obat-obat biasa juga, tapi kok ya lama-lama baunya kaya telur busuk gitu,” ujarnya.
Selain aroma tak sedap, muncul bengkak dan garis hitam di bagian bawah mata kanan Ica.
Suyamto menambahkan terdapat bisul kecil di sana. Tetapi, lama kelamaan, bisul tersebut membesar. Dua bulan kemudian mata kanan Ica tertutup daging sebesar sekitar 9,5 sentimeter.
Dokter yang menangani Ica ketika itu bertanya apakah anak ini pernah jatuh. Suyamto pun bercerita.
“Seabis dibilang gitu sama dokter saya langsung tanya saudara di Bangka. Ternyata, Ica pernah jatuh dari motor saat keponakan beli pulsa dan jatuhnya itu posisinya sebelah kanan,” kata Suyamto.
Ketika jatuh dari sepeda motor, Ica masih berumur 2,5 tahun. Ternyata, efeknya baru terlihat setelah dia genap berumur enam tahun.