Suara.com - Sabtu (2/9/2017) petisi online untuk mendesak pencabutan nobel perdamaian pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi mulai bergulir. Petisi ini dibuat oleh aktivis AntiKorupsi Indonesia, Emerson Yuntho.
Sampai Sabtu malam, petisi itu sudah ditandatangani oleh 243.318 pendukung. Petisi itu akan diberikan kepada The Norwegian Nobel Committee 2016. Mereka yang akan dikirimkan adalah Chair of the Nobel Committee Kaci Kullman Five, Deputy Chair of the Nobel Committee Berit Reiss-Andersen, Member of the Nobel Committee Inger-Marie Ytterhorn, Member of the Nobel Committee Henrik Syse, Member of the Nobel Committee Thorbjørn Jagland dan Member of the Nobel Committee Olav Njolstad.
"Suu Kyi sebagai peraih Nobel Perdamaian seakan tuli dan tidak melakukan upaya untuk melindungi warga negaranya," kata Emerson dalam petisi itu.
Berikut isi petisi online yang diunggah ke situs petisi change.org:
Baca Juga: Soal Rohingya, SBY Singgung Status Tokoh Perdamaian Suu Kyi
Dalam beberapa waktu terakhir, dikabarkan bahwa militer Myanmar di bawah pemerintahan Aung San Suu Kyi melakukan pembantaian besar-besaran kepada warga Muslim Rohingya di wilayah Rakhine, Myanmar. Menurut laporan yang ada, warga Muslim Rohingya dikabarkan dibunuh dan disiksa secara fisik. Perempuan dan anak-anak juga merupakan korban dari pembantaian tersebut. Data dari European Rohingya Council (ERC) menyebutkan bahwa 3.000 Muslim Rohingya terbunuh selama tiga hari, pada tanggal 25-27 Agustus lalu. Desa tempat mereka tinggal pun dibakar. Militer pemerintahan berdalih bahwa ini merupakan upaya memberantas terorisme.
Hingga detik ini, pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi tidak melakukan upaya apapun untuk menghentikan kejahatan kemanusiaan yang terjadi di negerinya itu. Akibatnya, kini banyak warga Muslim Rohingya yang mengungsi dan terdampar di perbatasan Bangladesh. Organisasi Migrasi Internasional (IOM) melaporkan sedikitnya 18.445 Muslim Rohingya yang mengungsi (bbc.com).
Namun, Suu Kyi sebagai peraih Nobel Perdamaian seakan tuli dan tidak melakukan upaya untuk melindungi warga negaranya.
Bahkan, pada tahun 2013 lalu, Suu Kyi pernah mengeluarkan statement yang terkesan bernada anti Islam. “Tak ada yang memberi tahu bahwa saya akan diwawancarai oleh seorang muslim.”
Begitulah pernyataan Suu Kyi usai diwawancara presenter acara BBC Today, Mishal Husain pada tahun 2013. Kekesalan Suu Kyi disebabkan pertanyaan yang diajukan Husain mengenai penderitaan yang dialami oleh umat muslim di Myanmar.
Baca Juga: MUI Minta Myanmar Hentikan Kekerasan ke Rohingya
Suu Kyi juga diminta mengecam mereka yang antimuslim dan melakukan berbagai tindak kekerasan sehingga umat muslim suku Rohingya terpaksa meninggalkan Myanmar. (Dikutip dari Buku Biografi berjudul “The Lady and The Generals – Aung San Suu Kyi and Burma’s Strunggle for Freedom” yang ditulis oleh Peter Popham, jurnalis The Independent).