Konflik Rohingya Semakin Memburuk Lantaran Foto dan Berita Hoaks

Reza Gunadha
Konflik Rohingya Semakin Memburuk Lantaran Foto dan Berita Hoaks
Seorang perempuan etnis Rohingya menggendong bayinya setelah tiba di kota Yathae Taung, Rakhine, Myanmar, setelah kabur dari desanya yang diserbu militer, 26 Agustus 2017. [Wai Moe/AFP]

Wakil Perdana Menteri Turki Mehmet Simsek, sempat mengunggah 4 foto dan menyerukan komunitas internasional menghentikan "pembersihan etnis" alias genosida Muslim Rohingya.

Suara.com - Konflik militer Myanmar dan komunitas Rohingya di wilayah Rakhine, sepekan terakhir, menyulut kemarahan warga dunia.

Amarah, kecaman, serta protes dari banyak kalangan di berbagai negara tersebut memunyai kecenderungan perspektif SARA.

Seperti dilansir BBC.Com, Sabtu (2/9/2017), aksi kekerasan militer Myanmar di Rakhine, dibarengi dengan maraknya foto dan informasi bohong alias hoaks di media-media sosial.

Ironis, foto dan informasi hoaks itu tak hanya disebar oleh kelompok-kelompok intoleran yang mencoba menggunakan konflik tersebut untuk kepentingannya sendiri, tapi juga oleh banyak pemerintah negara lain.

Baca Juga: Turki Desak PBB Bekukan Keanggotaan Israel, Sebut Gaza Alami Genosida Terburuk Sepanjang Sejarah

Berdasarkan pengalaman BBC meliput konflik Myanmar-Rohingya di Rakhine, para jurnalis sulit untuk memasuki area tersebut. Informasi kredibel mengenai situasi di daerah itu juga sulit didapat.

Namun, berdasarkan informasi yang dihimpun BBC, situasi di Rakhine kekinian adalah sebagai berikut:

  1. Pekan lalu, militan dari kelompok Arakan Rohingya Salvation Army (ASRSA) menyerbu pos polisi dan menewaskan 25 aparat keamanan Myanmar.
  2. Kontak senjata dilaporkan terjadi di sejumlah area, dan terkadang ARSA melibatkan warga sipil Rohingya untuk melakukan perlawanan terhadap polisi.
  3. Tapi dalam banyak kasus, polisi Myanmar terkadang didukung oleh warga Buddhis yang bersenjata.
  4. Komunitas Buddhis di Rakhine juga sering menjadi target penyerangan, dan sejumlah warga mereka juga terbunuh.
  5. PBB mengestimasi 40 ribu warga Rohingya menyerangi perbatasan ke Bangladesh.

Namun, banyak warganet yang justru tak menyampaikan hal tersebut di media-media sosial. kebanyakan mereka justru menyebar foto berikut informasi bohong ataupun produksi lama mengenai Rohingya.

Bahkan, pada 29 Agustus 2017—ketika bentrokan di Rakhine menghebat—Wakil Perdana Menteri Turki Mehmet Simsek, mengunggah 4 foto dan menyerukan komunitas internasional menghentikan "pembersihan etnis" alias genosida Muslim Rohingya.

"Kicauan" Simsek itu disebar ulang lebih dari 1.600 kali dan diterima oleh lebih dari 1.200 warganet.

Baca Juga: Drama Laut Andaman: Mengungkap Sindikat Perdagangan Manusia Rohingya di Aceh