Bocah dan Perempuan Rohingya yang Lelah Berlari...

Reza Gunadha Suara.Com
Sabtu, 02 September 2017 | 15:43 WIB
Bocah dan Perempuan Rohingya yang Lelah Berlari...
Seorang perempuan etnis Rohingya menggendong bayinya setelah tiba di kota Yathae Taung, Rakhine, Myanmar, setelah kabur dari desanya yang diserbu militer, 26 Agustus 2017. [Wai Moe/AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Komisioner tinggi PBB untuk HAM, Zeid Ra'ad Al Hussein, juga mengakui dan mengutuk ARSA karena menyerang aparat keamanan Myanmar.

Namun, Zeid menilai aksi insurgensi ARSA tersebut tidak lantas bisa diartikan bahwa seluruh etnis Rohingya harus dibunuh atau diusir dari Myanmar.

"ARSA adalah respons sebagian etnis Rohingya setelah berdekade diperlakukan tidak manusiawi oleh rezim militer Myanmar. Perlakuan seperti itu memupuk sengamat ekstremisme," tegasnya. 

"Perempuan, anak-anak, dan semua warga Rohingya sudah lelah berlari. Sebagian dari mereka akhirnya melawan diskriminasi pemerintah Myanmar. Karenanya, apa pun klaim pemerintah, seharusnya pembantaian ini tak terjadi," tandasnya.

Baca Juga: LSM Buruh Migran Indonesia Akan Hadiri Sidang PBB di Genewa

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI