Protes Pembantaian Rohingya, Massa Bakar Poster Aung San Suu Kyi

Sabtu, 02 September 2017 | 13:39 WIB
Protes Pembantaian Rohingya, Massa Bakar Poster Aung San Suu Kyi
Massa aksi pro-Rohingya membakar poster bergambar tokoh Myanmar Aung San Suu Kyi di depan kantor Kedubes Myanmar, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (2/9/2017). [Suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Massa yang tergabung dalam Masyarakat Profesional Bagi Kemanusiaan Rohingya, menggelar aksi di depan kantor Kedutaan Besar Myanmar, Menteng, Jakarta, Sabtu (2/9/2017).

Mereka juga membakar poster bergambar tokoh demokrasi Myanmar dan peraih medali Nobel Perdamaian tahun 1991, Aung San Suu Kyi.

Aksi pembakaran itu dilakukan karena Suu Kyi terbilang bungkam dan tak membela etnis Rohingya. Padahal, Suu Kyi sejak dua dekade silam dikenal atas reputasinya membelas hak  demokrasi rakyat Myanmar.

Baca Juga: Aksi Bela Rohingya, Massa Desak ASEAN Bekukan Keanggotaan Myanmar

Sebelum membakar poster Suu Kyi, massa menginjak-injak poster yang juga tertera tulisan “The Inhuman Lady” atau “Ibu yang tak berperikemanusiaan”.

Massa lantas secara bergantian membakar poster Suu Kyi di depan kantor Kedubes Myanmar.

Namun, aksi pembakaran tersebut tidak berlangsung lama, karena aparat kepolisian yang berjaga langsung memadamkan api.

"Ini kami bakar foto Aung San Suu Kyi. Dia tidak pantas menerima Nobel Perdamaian," teriak orator dalam aksi unjuk rasa.

Salah satu Koordinator Masyarakat Profesional Bagi Kemanusiaan Rohingya Andi Sinulingga juga mendesak rezim militer dan sipil Myanmar, untuk menghentikan kekerasan dan genosida pada etnis Rohingya.

Baca Juga: Aksi Kemanusiaan Rohingya, Pendemo: Usir Dubes Myanmar!

"Kami juga mendesak Aung San Suu Kyi agar berusaha keras menghentikan aksi pengusiran dan pembantaian terhadap etnis Rohingya atas dasar persamaan kemanusiaan. Mereka juga makhluk ciptaan Tuhan. Jika tidak, Aung San Suu Kyi sangat tidak pantas menerima Nobel Perdamaian. Untuk itu kami mendesak Panitia Nobel mencabut penghargaan tersebut," tandasnya.

Untuk diketahui, sekitar 400 orang etnis Rohingya tewas dalam operasi militer yang dimulai sejak pekan lalu. Sementara 38 ribu orang Rohingya lainnya keluar ke perbatasan menuju Bangladesh.

 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI