Lewat Surat, Cak Imin Desak Suu Kyi Kembalikan Nobel Perdamaian

Reza Gunadha Suara.Com
Jum'at, 01 September 2017 | 13:15 WIB
Lewat Surat, Cak Imin Desak Suu Kyi Kembalikan Nobel Perdamaian
[Demotix collective]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mulut Aung San Suu Kyi, pemimpin Myanmar dan peraih Nobel Perdamaian tahun 1991, bungkam atas pembunuhan massal militer negerinya terhadap warga etnis Rohingya.

Sikap diam Suu Kyi tersebut membuat banyak tokoh internasional geram. Tak terkecuali di Indonesia, banyak tokoh nasional yang menyesalkan sikap diam Suu Kyi.

Salah satu yang mengutarakan kekesalannya adalah Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar. Menurutnya, Suu Kyi seharusnya memunyai daya untuk memerintahkan militer tidak membantai etnis Rohingya yang berada di kawasan Rakhine.

Baca Juga: Bung Karno dan Jokowi, Dua Presiden yang Salat Id di Sukabumi

Bahkan, Cak Imin—sapaan akrab Muhaimin—menuntut Suu Kyi mengembalikan medali Novel Perdamaian kalau dirinya tak mampu membantu etnis Rohingya.

Pernyataan tersebut dituangkan Cak Imin ke dalam surat terbuka yang ia kirimkan kepada Suu Kyi. Berikut isi surat Cak Imin untuk Suu Kyi:

Dari Muhaimin Iskandar untuk Madam Suu Kyi

Surat dari jauh.

Yang terhormat Suu Kyi, jika kau menginginkan adanya perdamaian di dunia, maka tentu hal itu tidak bisa dicapai melalui kekerasan.

Baca Juga: Blusukan ke Sukabumi, Jokowi Salurkan Tiga Ekor Sapi Raksasa

Jika kau menginginkan keadilan dalam masyarakat, maka pahamilah kata-kataku, tidak ada kedailan yang dilahirkan dari kekerasan.

Madam Suu Kyi, 18.000 warga Rohingya terpaksa kabur keluar dari perbatasan Myanmar menuju Bangladesh, dalam kurun waktu 24 jam. Mayoritas dari mereka adalah perempuan, anak-anak, dan lanjut usia.

Kau, mungkin bisa menutup mata dan memalingkan perhatian dari berita-berita tersebut. Tapi, mengingat sejarahmu sebagai pejuang demokrasi, aku kaget mengetahui kau menutup hatimu atas tragedi ini. Kapan kau akan memanggil mereka pulang ke Myanmar?

Mereka adalah manusia yang utuh, bukan pelarian, bakteri, atau warga negara kelas dua. Aku meminta keterlibatan PBB untuk mengatasi tragedi ini. Aku meminta Duta Besar Myanmar untuk Indonesia menjelaskan kenapa kekejaman itu bisa terjadi.

Aku mempertanyakan sikap seluruh dunia untuk memastikan seluruh warga Rohingya bisa merasakan perdamaian dan kemerdekaan sebagai manusia.

Aku menantangmu Madam Suu Kyi, untuk melakukan cara apa pun guna menghentikan militer membunhi warga Rohingya.

Atau, kau bisa menyerahkan kembali medali Novel Perdamaian yang kau terima. Sebab, medali itu tak berarti apa pun kekinian, dengan adanya tragedi itu.

Kami semua kini adalah Rohingya.

Muhaimin Iskandar

Chairman

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI