Perjuangan Berat Orangtua Agar Bayi Syakira Tetap Hidup

Siswanto Suara.Com
Rabu, 30 Agustus 2017 | 21:25 WIB
Perjuangan Berat Orangtua Agar Bayi Syakira Tetap Hidup
Deddy Ardiansyah ayah bayi bernama Syakira (6 bulan) [suara.com/Maidian Reviani]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebelum dibawa ke Jakarta untuk mendapatkan pengobatan di rumah sakit umum milik pemerintah di Jakarta Pusat, pasangan suami istri, Deddy Ardiansyah dan Nova Revianty, sudah keluar masuk rumah sakit di Bangka Belitung untuk memeriksakan Syakira. Syakira merupakan bayi yang lahir tanpa bola mata (Anopthalmia) dan kelainan tujuh organ tubuh lainnya.

Ketika ditemui Suara.com di rumah singgah milik Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah yang terletak di Jalan DPS, Johar Baru, Jakarta Pusat, Nova menceritakan banyak hal yang dirasakannya selama ini.

“Pas diperiksa sama dokter di puskesmas, dia bilang memang ada kelainan pada Syakira, jadi dirujuk ke rumah sakit swasta. Ditambah Syakira tidak nangis, nggak gerak hanya bisa tidur dan nggak terima susu,” kata Nova.

Untuk mencapai rumah sakit swasta yang berada di Kota Bangka Belitung, Nova dan Deddy harus menempuh perjalanan selama kurang lebih dua jam.

Di rumah sakit swasta itulah, Syakira ketahuan Anopthalmia dan tujuh organ tubuhnya bermasalah. Dokter rumah sakit kemudian menyarankan agar Syakira dirawat di rumah sakit di Jakarta yang perawatan medisnya lebih lengkap.

Ketika itu, orangtua Syakira bimbang bukan main.

“Saya mikir, rujuk ke Jakarta bukan satu juta atau dua juta aja uangnya, kan,” kata Nova.

Mereka tidak punya cukup uang sehingga sempat pasrah. Sampai tiga hari lamanya, Syakira berada di rumah sakit swasta tersebut.

Selama tiga hari itu, kata Nova, tidak ada tindakan apapun yang dilakukan dokter terhadap Syakira. Akhirnya, Nova meminta anaknya dirujuk ke rumah sakit umum daerah dengan pertimbangan biayanya tak semahal di rumah sakit swasta.

Pengalaman di rumah sakit umum daerah, ternyata makin membuat Nova dan Deddy sedih. Dokter menyatakan hidup Syakira tidak akan lama lagi. Setelah 20 hari berada di rumah sakit umum, mereka memutuskan untuk membawa Syakira pulang.

Di rumah, kondisi kesehatan Syakira semakin buruk. Dia sering muntah, sehari sampai sebanyak 15 kali. Makin lama, berat badannya menurun.

“Setiap kontrol dua minggu sekali, dokter bilang kekeuh harus ke RS,” ujarnya.

Kabar mengejutkan lagi

Orangtua Syakira tidak pernah menyerah. Mereka tetap berjuang untuk kesembuhan anak.

Sampai pada suatu hari, dokter menyatakan Syakira tidak mempunyai organ otak. Dokter mengabarkan kepala bocah itu hanya berisi cairan. Cairan ini yang membuat kepala Syakira terlihat bergelambir.

Namun, keajaiban datang pada keluarga kecil ini. Pada pemeriksaan berikutnya, hasil Ultrasonography menunjukkan ada organ otak di kepala Syakira, meskipun masanya sangat kecil.

Kemudian Nova merasa harus membagikan kisah anaknya kepada orang lain di media sosial Facebook.

“Tiba-tiba orang yang saya nggak kenal sama sekali bilang ya sudah bu kita galang dana saja. Tapi saya nggak ngerti gimana cara galang dana. Jadi satu orang ke orang lain saling share mengenai Syakira dan hasilnya bagus,” kata Nova.

Setelah berita tentang Syakira viral di Facebook, keluarga Syakira mendapatkan simpati dari berbagai pihak.

“Seperti lurah, bupati, gubernur dan semua bagian pemerintah itu respon datang ke rumah kita,” ujarnya.

Pemerintah setempat menawarkan untuk membantu pengobatan Syakira di rumah sakit di Jakarta. Deddy dan Nova tak langsung setuju karena alasan keuangan.

Tetapi kemudian, mereka mendapatkan uang sumbangan sebesar Rp34 juta dari pemerintah. Dengan uang itu, mereka berangkat ke Jakarta.

Sampai di Jakarta

Berita rencana keberangkatan mereka ke Jakarta, ternyata sudah diketahui sejumlah pihak. Begitu sampai di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, Syakira dan orangtuanya sudah ditunggu kedatangannya.

Lalu, mereka diantarkan ke rumah singgah milik Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah yang terletak di Jalan DPS, Johar Baru, Jakarta Pusat.

Deddy dan Nova bersyukur sesampai di Ibu Kota mendapatkan pertolongan dari masyarakat untuk memenuhi kebutuhan Syakira.

Hari pertama di Jakarta, Syakira langsung dibawa ke rumah sakit di Jakarta Pusat. Nova ingat betul jawaban dokter ketika menanggapi kasus mata Syakira.

"Ibu, kayaknya kasusnya langka deh. Untuk tindakan kayaknya nggak ada," kata Nova menirukan ucapan dokter. Tapi, Nova tidak putus asa.

Dia dan suami membawa Syakira ke rumah sakit yang lain untuk mencari second opinion. Ternyata, hasilnya tak jauh berbeda. Akhirnya, mereka bisa menerima kenyataan bahwa mata Syakira tidak bisa tertolong lagi.

Dua bulan di Jakarta

Sampai hari ini, Deddy dan Nova tetap berusaha, meskipun perjuangan dirasakan semakin berat.

Sudah ke berbagai rumah sakit, responnya sama saja. Jangankan dilakukan tindakan, terkadang respon petugas sangat mengecewakan.

“Mau tindakan apapun tidak bisa, dokternya bilang: nunggu deh bu. Dua bulan tidak dapat apa-apa, hanya nunggu terus,” kata Nova.

Syakira sebenarnya sudah didaftarkan untuk rawat inap di rumah sakit umum nasional di Jakarta Pusat. Namun, sampai saat ini belum ada panggilan.

Sempat menyerah, tetapi melihat pertumbuhan Syakira membuat Nova dan Deddy tetap optimistis.

“Alhamdulillah tekad hidupnya kuat, walaupun suka muntah, tapi susunya tetap masuk gitu. Udah dua rumah sakit besar vonis dia nggak bisa bertahan, tapi alhamdulillah dia masih bertahan hidup,” ujar Nova.

Nova sadar betul resiko jika Syakira dioperasi. Tetapi, Nova tetap percaya, Tuhan akan berpihak kepada yang meyakininya.

“Tubuhnya untuk bernafas nggak normal kayak kita orang biasa, jadi mau tindakan apapun pasti taruhannya nyawa, jadi kalau mau operasi kadang mikir ulang,” kata dia.

Sekarang masalah baru mulai muncul lagi. Keuangan mereka mulai menipis. (Maidian Reviani)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI