Buddha Indonesia: Bukan Konflik Agama, Kami Berdoa untuk Rohingya

Reza Gunadha Suara.Com
Rabu, 30 Agustus 2017 | 14:54 WIB
Buddha Indonesia: Bukan Konflik Agama, Kami Berdoa untuk Rohingya
Seorang laki-laki memberikan bayi kepada perempuan, agar terhindar dari pagar kawat berduri di dekat kota Maungdaw, perbatasan Myanmar dengan Bangladesh, 28 Agustus 2017. [Rehman Asad/AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemimpin majelis-majelis Agama Buddha Indonesia menyatakan konflik di Rakhine, Myanmar, yang menindas etnis minoritas Rohingya, sejatinya tidak terkait dengan agama tertentu.

"Prihatin atas krisis kemanusiaan di Rakhine, Myanmar, yang telah menimbulkan korban jiwa dan kerugian moril serta materiil yang besar, bukanlah konflik agama melainkan konflik sosial dan kemanusiaan," demikian bunyi pernyataan para pemimpin agama Buddha Indonesia, yang dibacakan Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja di Jakarta, Rabu (30/8/2017).

Perlu diingat, kata dia, bahwa tidak ada agama yang dapat dikaitkan dengan aksi terorisme karena aksi keji itu tidak mencerminkan perilaku umat beragama. Kejadian di Rakhine agar dapat mendorong bersatunya umat beragama di Indonesia dan seluruh dunia.

Baca Juga: Kasus Ade Armando Mau Dihentikan, Sekjen FPI Tidak Terima

"Kami umat Buddha Indonesia yang menjunjung tinggi kerukunan dan perdamaian, menyampaikan rasa empati atas penderitaan yang dialami saudara-saudara kita pengungsi Rohingya dan masyarakat di Rakhine, Myanmar. Untuk itu, kami berdoa agar penderitaan ini segera berakhir," ucapnya.

Dalam pernyataan tersebut, juga mendorong setiap pihak untuk menghentikan kebencian dan tindak kekerasan agar tidak terjadi kerusakan yang makin parah. Bagi pemerintah Myanmar agar memberikan perlindungan, bantuan, dan hak asasi dasar kepada masyarakat Rakhine.

Suhadi Senjaja mengatakan, pihaknya mengajak masyarakat menolak segala bentuk provokasi terkait dengan krisis sosial dan kemanusiaan Rakhine sehingga dapat menggangu kerukunan hidup umat beragama di Indonesia.

"Mengimbau masyarakat Indonesia untuk menyaring informasi yang beredar melalui media sosial dan tidak terprovokasi menyebarkan kebencian. Cyber Crime Polri dan BIN agar mendeteksi informasi berbentuk provokasi agar tidak tersebar ke tengah masyarakat," katanya.

Bagi pemerintah, kata dia, agar menjamin umat beragama untuk beribadah dengan tenang dan aman serta menjamin keamanan terhadap rumah ibadah yang ada di Indonesia.

Baca Juga: Polda Metro Tembak Mati Seorang Bandar Narkoba

Hadir dalam pernyataan sikap atas krisis di Rakhine itu, antara lain, biku Dhammakaro Mahathera dari Sangha Theravada Indonesia, biku Duta Smirti Sthavira (Sangha Mahayana Indonesia), biku Bhadrasradha (Sangha Agung Indonesia), dan Arief Harsono (Ketua Umum Majelis Pandita Buddha Maitreya Indonesia).

Selain itu, terdapat juga Dharmanadi Chandra (Ketua Umum Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia) dan Suwito (Ketua Umum Majelis Mahayana Indonesia).

Selanjutnya, M Canto Santoso (Wakil Ketua Umum Majelis Buddhayana Indonesia), Gatot Sukarno Adi (Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Nichiren Shoshu Buddha Dharma Indonesia), dan Kartika Yoswidjaya (Wakil Ketua Umum Majelis Umat Buddha Theravada Indonesia).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI