Suara.com - Presiden Filipina Rodrigo Duterte menghina Pelapor Khusus PBB, Agnes Callamard, karena didesak memberi klarifikasi mengenai kematian satu pelajar dalam penggerebekan bandar narkoba.
Pelajar bernama Kian Loyd Delos Santos, tewas terembak oleh polisi dalam insiden yang terjadi pada tanggal 17 Agustus. Penggerebekan itu sendiri merupakan bagian dari kampanye "perang melawan narkotika" yang dicetuskan Duterte.
"Katakan kepada perempuan itu, jangan mengancamku! Perempuan itu bodoh," ejek Duterte kepada wartawan, seperti dilansir Anadolu Agency, Selasa (29/8/2017).
Baca Juga: Ejek Napi Lain sebagai Togut, Teroris Ditusuk di Lapas Pamekasan
"Perempuan itu berasal dari mana sih?" tukas Duterte lagi.
Agnes Callamard, adalah pelapor khusus PBB dalam bidang eksekusi ekstrayudisial. Perempuan Prancis tersebut dikenal kerap mengkritik kebijakan "perang melawan narkotika" Duterte. Ia menilai, kampanye itu sangat brutal karena kerapkali menimbulkan korban jiwa tanpa didahului proses peradilan.
Seperti diberitakan Anadolu Agency, Selasa (22/8/2017), Kian Lloyd tewas tertembak pada Kamis (17/8) malam.
Aparat kepolisian mengklaim, bocah tersebut adalah kurir gembong bandar narkotika dan melepas tembakan ke arah mereka terlebih dulu.
Duterte sendiri mengakui sudah melihat video rekaman saat Kian Llyod ditembak, dan sudah memerintahkan Biro Investigasi Nasional melakukan penyelidikan.
Baca Juga: Hingga Hari Ini, ATM BRI yang Terganggu Masih 111 Unit
"Apa pun hasil penyelidikan itu, kami akan mematuhinya. Kalau mereka (polisi) harus dipenjara, maka akan dipenjara. Maaf, siapa pun harus menerima konsekuensinya," tegas sang presiden.
Ia menegaskan, tidak pernah memberikan perintah untuk menembak setiap pengedar narkoba. Namun, ia mengatakan bakal melindungi setiap polisi yang membunuh dalam operasi penggerebekan pengedar narkotika.
"Persoalannya, sejumlah penembakan yang dilakukan terhadap bandar narkoba sebenarnya tak diperlukan. Sejumlah penembakan itu lebih menampakkan sebagai penyelewengan kewenangan, karenanya tidak bisa dilindungi," tuturnya.
Kematian Kian Lloyd memicu demonstrasi massa besar-besaran di sejumlah kota Filipina. Mereka mengecam kebijakan "perang narkotika" Duterte yang telah merenggut nyawa lebih dari seribu orang yang belum dipastikan sebagai bandar.
"Aksi massa? itu pemberontakan, silakan saja," tukas Duterte mengomentari maraknya demonstrasi menentang 'perang narkotika' dirinya.