Kisah Uncle Teebob, Mundur dari PNS Demi Total Bantu Sesama

Siswanto Suara.Com
Selasa, 29 Agustus 2017 | 10:42 WIB
Kisah Uncle Teebob, Mundur dari PNS Demi Total Bantu Sesama
Tubagus Zainal Arifin alias Uncle Teebob [dok. Uncle Teebob]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pernah berjanji kepada diri sendiri ingin bermanfaat bagi orang lain, membuat Tubagus Zainal Arifin ikut serta di berbagai komunitas berbasis sosial dan kemanusiaan.

Saat ini, lelaki berusia 47 tahun yang akrab disapa Uncle Teebob bergabung di komunitas Bandung Social Community. Anggota komunitas tersebut lebih dari 300 orang dan sebagian besar berasal dari luar Bandung, Jawa Barat.

Kegiatan yang kerap dilakukan Uncle Teebob tidak berhenti pada komunitas, dia juga sering melakukan kegiatan sosial, misalnya membagikan makanan secara gratis kepada warga berekonomi lemah di sekitar alun-alun Kota Bandung.

Uncle Teebob termotivasi melakukan aksi sosial karena pernah didiagnosis mengidap kanker otak. Ketika itu, dia berjanji jika diberikan umur panjang akan mendedikasikan diri untuk orang lain.

“Dulu aku kerja sebagai pegawai negeri sipil, terus 1993 mengundurkan diri dan setelah itu berkecimpung di bidang sosial,” katanya kepada Suara.com.

Keputusannya mendapatkan dukungan keluarga. Itu sebabnya, dia bisa sering pergi ke banyak tempat, di antaranya kunjungan ke rumah sakit atau mengikuti kegiatan penggalangan dana di luar negeri.

Selain bergabung di Bandung Social Community, dia juga aktif di Layanan Dukungan Psikososial Kementerian Sosial Republik Indonesia. Uncle Teebob juga aktif di Karang Taruna Kota Bandung yang salah satu kegiatannya mendampingi 26 penyandang masalah kesejahteraan sosial.

Uncle Teebob juga ikut mengelola rumah singgah di Kota Bandung. Rumah singgah didirikan untuk orang-orang yang membutuhkan jika sedang melakukan pengobatan di Rumah Sakit Hasan Sadikin. Rumah singgah tersebut merupakan sumbangan dari donatur.

Prinsip Uncle Teebob ketika membantu orang lain adalah membantu saudara sendiri. Itu sebabnya, dia bisa ikhlas membhaktikan diri.

“Misalkan ada yang sakit, kita tidak menyebutnya pasien, tapi keluarga. Karena memang kita bersaudara dan saudara tidak harus mengenal lama,” katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI