Cerita Raja Dari NTT yang Masih Dapat Upeti Dari Rakyatnya

Kamis, 24 Agustus 2017 | 16:34 WIB
Cerita Raja Dari NTT yang Masih Dapat Upeti Dari Rakyatnya
Kaisar Raja Bana Naineno II, dari Kerajaan Oenun Mutis, NTT. [Suara.com/Ummi Hadyah Saleh]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Kaisar Raja Bana Naineno II, dari Kerajaan Oenun Mutis atau Kerajaan Bikomi Miomafo, Pulau Bana Mataus Timor Indonesia, Nusa Tenggara Timur menceritakan kiprah seorang Raja di era modernisasi di kerajaan yang dia pimpin.

Selama memimpin Kerajaan Oenun Mutis, ia masih mendapat upeti dari masyarakat adat setempat.

Upeti merupakan harta yang diberikan suatu pihak ke pihak lainnya, sebagai tanda ketundukan dan kesetiaan, atau kadang-kadang sebagai tanda hormat.

Baca Juga: Gara-gara Gayus Tambunan, Bayar Pajak Diibaratkan Bayar Upeti

"Saya sebagai Kaisar Raja Bana Naineno ke II, saya menerima upeti dari jaman purbakala sampai hari ini. Setiap tahun saya menerima upeti dari kerajaan saya dari masyarakat adat kerajaan saya, sejak zaman purba hingga hari ini," ujar Raja Bana kepada Suara.com usai pengukuhan Majelis Agung Raja Sultan (Mars) Indonesia, di Kementerian Dalam Negeri, Jalan Medan Merdeka Utara, Kamis (24/8/2017).

Raja Bana Naineno juga mengibaratkan bahwa rakyat merupakan sebuah emas yang harus dijaga dan dipelihara sebaik-baiknua. Karenanya sebagai seorang Raja, ia berkewajiban mengabdikan diri kepada rakyat yang dia pimipin.

"Bagi kami, rakyat adalah emas tanah air itu adalah emas. Raja harus mengabdi pada rakyatnya dalam suka dan duka. Dukanya rakyat deritanya Raja, kesenangan rakyat, kesenangan Raja. Jadi manunggalnya Raja dan rakyat sejak zaman purba sampai hari ini. Karena itu Raja seluruh hidupnya habis buat rakyatnya," kata dia

Selain itu, Raja Bana di era modern merasakan masyarakat Indonesia saat ini, tetap mengacu pada sejarah dan kebudayaan Indonesia yakni berdasarkan UUD 1945, Pancasila, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.

"Yang saya rasakan di zaman moden masih berdasarkan UUD 45, NKRI, Pancasila, Proklamasi dan Bhinneka Tunggal Ika. Jadi bangsa Indonesia tetap maju dan modern tetap berakar pada sejarah dan kebudayaan bangsa sendiri . Dia tidak ingin asing dengan negaranya sendiri. Misalnya saya putri dari Aceh , tapi saya tidak mau menjadi orang afrika, saya tetap menjadi anak Indonesia di tengah permukaan bumi ini," ucap Raja Bana.

Baca Juga: Ini Dia Video Sopir Kopaja Setor 'Upeti' ke Polisi

Lebih lanjut terkait adanya pengukuhan organsisasi Majelis Agung Raja Sultan (Mars) Indonesia, berharap organisasi yang membawahi Raja, Sultan, Dato dan Penglesir itu dapat menjadi benteng bagi persatuan Indonesia.

"Mars Indonesia diharapkan menjadi benteng pertama dan terakhir Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, Sangsaka Merah Putih, Cita-cita tujuan nasonal Negara Republik Indonesia dan menjadikan bangsa Indonesia mnjadi bangsa yg terhormat bermartabat di tengah umat manusia dan menjaga warisan kebudayaan bangsa. Kebudaayan adalah roh dari suatu bangsa," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI