Suara.com - Charlie Hebdo, majalah satire terkenal yang berbasis di Prancis, kembali membuat karikatur kontroversial. Kali ini, mereka memuat karikatur mengenai serangan teroristik di Barcelona, Spanyol, yang menyindir Islam.
Karikatur yang menjadi sampul depan majalah tersebut, tergambar satu perempuan dan seorang laki-laki terkapar di jalanan dan dekat ambulans.
Gambar tersebut dibubuhi tulisan “Islam, religion de paix” atau berarti “Islam, agama yang damai”. Sedangkan di bagian bawah gambar, tercetak tulissan “éternelle” (abadi).
Karikatur itu merupaan sindiran terhadap klaim kaum Muslim bahwa Islam adalah agama yang selalu mengajarkan perdamaian antarumatberagama, seiring kian maraknya aksi teror atas nama agama tersebut.
Baca Juga: Masih Menganggur? 12 Ribu Pekerjaan Menanti Anda
Tak pelak, karikatur itu menuai kecaman dari warga Prancis dan Eropa karena dikhawatirkan menguntungkan kelompok Neo-Fasis/Nazi yang gencar memprogandakan Islamopobia.
Salah satu kecaman dilontarkan anggota parlemen dari Partai Sosialis dan mantan Perdana Menteri Prancis, Stephane Le Fool.
“Amalgram ini sangat berbahaya, karena membuat opini bahwa Islam sebagai agama damai tapi menyiratkan kematian. Kalau Anda seorang jurnalis, seharusnya anda memunyai rasa tanggungjawab karena amalgram ini bisa digunakan orang-orang berbahaya pula,“ tegas Le Fool kepada jurnalis BFM TV Prancis.
Editor Charlie Hebdo, Laurent Sourisseau mengatakan karikatur tersebut merupakan kritik terhadap intelektual maupun pemerintah Prancis yang selalu menghindari perdebatan mengenai peran agama pada aksi kekerasan.
Ia mengatakan, bungkamnya para intelektual dan pemerintah tersebut disebabkan rasa takut mendapat kecaman dari kalangan Muslim moderat.
Baca Juga: Jadwal Indonesia vs Kamboja dan Klasemen Grup B SEAG 2017
“Beragam perdebatan dan kritik mengenai peran agama, khususnya Islam, dalam serangan-serangan teror tidak lagi disuarakan,” jelasnya dalam editorial.
Sejumlah jurnalis dan warga Prancis juga turut mendukung Charlie Hebdo dalam menerbitkan karikatur tersebut.
Menurut mereka, karikatur itu adalah upaya perlawanan terhadap terorisme, demokrasi, rasionalisme, dan tak terkait dengan anti-Islam.
"Aujourd'hui, plus personne ne s'interroge sur le rôle de l'islam dans l'idéologie de Daech", regrette Riss dans son éditorial. (Hari ini, tidak ada yang bertanya-tanya tentang peran Islam dalam ideologi Daech/ISIS)" tulis Arhtur Berdah, jurnalis L’Express, melalui akun Twitternya.
"La une de #CharlieHebdo est très bien. C'est le terrorisme islamiste et les radicalismes religieux qu'il faut combattre et pas un journal (#CharlieHebdo baik-baik saja. Ini adalah terorisme Islam dan radikalisme agama yang harus kita lawan dan bukan surat kabar)," tulis Patrick Pelloux, juga melalui Twitter.
Untuk diketahui, kantor redaksi Charlie Hebdo pernah diserbu teroris, setelah mereka menerbitkan karikatur yang dianggap mengina Nabi Muhammad.