ISIS Minta Anggotanya di Indonesia 'Perang Suci' di Marawi

Reza Gunadha Suara.Com
Kamis, 24 Agustus 2017 | 08:36 WIB
ISIS Minta Anggotanya di Indonesia 'Perang Suci' di Marawi
Rumah terbakar di Marawi setelah dibom dari udara. (AFP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Gerombolan teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) menyerukan anggota dan simpatisannya yang berada di Indonesia, pergi ke Marawi, Filipina, untuk melakukan “perang suci”.

Kepala kontraterorisme intelijen Kepolisian Diraja Malaysia, Ayob Khan Mydin Pitchay mengungkapkan, seruan ISIS tersebut disebar melalui video yang diunggah ke media sosial.

“Video sangat berbahaya, sebab bisa membangkitkan semangat ideologis pengikut mereka tak hanya di Indonesia, tapi juga Malaysia dan negara lain di kawasan Asia Tenggara untuk berperang di Marawi,” kata Ayob kepada Channel News Asia, Rabu (23/8/2017).

Menurut Ayob, video provokasi ISIS berbahaya. ”Video ini sangat kuat. Ini akan mengobarkan gairah dan mengilhami pengikut ISIS di Malaysia, Indonesia—seluruh Asia Tenggara—untuk pergi ke Filipina selatan guna melakukan jihad,” kata Ayob kepada Channel News Asia.

Dalam video yang dirilis bertepatan dengan empat bulan pertempuran di Marawi, ISIS berseru agar anggota serta simpatisannya bergabung dengan gerombolan Maute di kota itu.

Untuk memantik gairah berperang yang mereka anggap suci, ISIS memasukkan potongan adegan sekelompok pemuda membakar gereja dan menghancurkan salib serta patung Bunda Maria.

”Adegan hasutan itu bisa memantik kelompok fanatik dan tak memunyai pemahaman benar mengenai Islam untuk pergi berperang,” terangnya.

Selain itu, dalam video tersebut juga terdapat adegan seorang teroris yang teridentifikasi bernama Abul-Yaman membuat pernyataan seruan.

Yaman yang mengakui berada di medan pertempuran Marawi berseru, pengikut ISIS di Indonesia, Malaysia, Thailand, Brunei, dan Singapura untuk “hijrah” serta berjihad ke kota di selatan Filipina tersebut.

Ahmad Suaedy, aktivis Nahdlatul Ulama (NU) Indonesia dan juga Direktur Eksekutif Wahid Institute, mengutuk video tersebut dan menyebutnya sebagai provokasi berdasarkan kepercayaan sesat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI