Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto mengatakan penanganan demonstrasi ribuan karyawan PT. Freeport Indonesia di Papua yang berakhir dengan chaos, Sabtu (19/8/2017), sebenarnya sudah sesuai prosedur. Tetapi jika dinilai ada pelanggaran prosedur, Polri siap diaudit.
"Kami ada prosedurnya, kalau menangani unjuk rasa itu ada prosedurnya. Kalau sudah mengarah kepada chaos, itu ada Perkap (Peraturan Kapolri), sudah ada aturannya. Nanti kalaupun ada pelanggaran, kami bisa lakukan audit ya," kata Setyo di Polda Metro Jaya, Minggu (20/8/2017).
Sebelum pembubaran massa yang mulai memanas, terlebih dahulu diberikan tembakan peluru hampa ke udara sebagai peringatan.
"Peluru hampa dulu, kalau peluru hampa sudah ini, baru peluru karet dan itupun ditembaknya tembak pantul," kata dia.
"Jadi untuk memberikan peringatan peluru hampa dulu. Peluru hampa dia tetap menyerang, tembak peluru karet, peluru karet pun tembak pantul namanya. Jadi ditembakkan ke aspal," Setyo menambahkan.
Setyo menjelaskan penggunaan peluru karet juga sudah sesuai prosedur. Peluru tersebut ditembakkan ke arah aspal terlebih dahulu agar tak menimbulkan luka parah.
"Jadi kalau ditembakkan pantul itu, dia kena dan lukanya juga tidak akan fatal, itu sudah prosedurnya," kata dia.
Mengenai adanya armada tank ke lokasi kejadian, Setyo belum mengetahui soal itu.
"Saya belum dapat informasi. Kalau kitakan punya barack kuda, itu bukan tank. Mungkin mereka lihat barracuda itu tank. Barracuda itu APC (Armor Personil Viaical)," kata dia.
Dalam peristiwa tersebut, massa pos keamanan Check Point 28. Massa kemudian membakar kendaraan Toyota LWB PT. Freeport di sekitar pos tersebut.
Massa bergerak ke ruas jalan poros yang menghubungkan Pelabuhan Amamapare-Timika-Tembagapura dan membakar mobil kontainer, mobil tanki air, dan peralatan eksavator.
Setelah aksi, massa sempat mendirikan tenda, tepat di pertigaan ruas jalan utama Freeport, Pelabuhan Amamapare-Timika-Tembagapura, namun dibubarkan secara paksa oleh aparat sekitar pukul 20.00 WIT.
Massa kemudian membubarkan diri menuju Terminal Bus Gorong-gorong dan membakar fasilitas perkantoran di lokasi itu.
Sebagian massa dengan sepeda motor bergerak ke Jalan Cenderawasih, lalu merusak fasilitas perkantoran PT. Petrosea. Dua unit bus, dan sekitar 17 kendaraan milik PT Petrosea serta mess karyawan menjadi sasaran amukan massa karyawan mogok.
"Kami ada prosedurnya, kalau menangani unjuk rasa itu ada prosedurnya. Kalau sudah mengarah kepada chaos, itu ada Perkap (Peraturan Kapolri), sudah ada aturannya. Nanti kalaupun ada pelanggaran, kami bisa lakukan audit ya," kata Setyo di Polda Metro Jaya, Minggu (20/8/2017).
Sebelum pembubaran massa yang mulai memanas, terlebih dahulu diberikan tembakan peluru hampa ke udara sebagai peringatan.
"Peluru hampa dulu, kalau peluru hampa sudah ini, baru peluru karet dan itupun ditembaknya tembak pantul," kata dia.
"Jadi untuk memberikan peringatan peluru hampa dulu. Peluru hampa dia tetap menyerang, tembak peluru karet, peluru karet pun tembak pantul namanya. Jadi ditembakkan ke aspal," Setyo menambahkan.
Setyo menjelaskan penggunaan peluru karet juga sudah sesuai prosedur. Peluru tersebut ditembakkan ke arah aspal terlebih dahulu agar tak menimbulkan luka parah.
"Jadi kalau ditembakkan pantul itu, dia kena dan lukanya juga tidak akan fatal, itu sudah prosedurnya," kata dia.
Mengenai adanya armada tank ke lokasi kejadian, Setyo belum mengetahui soal itu.
"Saya belum dapat informasi. Kalau kitakan punya barack kuda, itu bukan tank. Mungkin mereka lihat barracuda itu tank. Barracuda itu APC (Armor Personil Viaical)," kata dia.
Dalam peristiwa tersebut, massa pos keamanan Check Point 28. Massa kemudian membakar kendaraan Toyota LWB PT. Freeport di sekitar pos tersebut.
Massa bergerak ke ruas jalan poros yang menghubungkan Pelabuhan Amamapare-Timika-Tembagapura dan membakar mobil kontainer, mobil tanki air, dan peralatan eksavator.
Setelah aksi, massa sempat mendirikan tenda, tepat di pertigaan ruas jalan utama Freeport, Pelabuhan Amamapare-Timika-Tembagapura, namun dibubarkan secara paksa oleh aparat sekitar pukul 20.00 WIT.
Massa kemudian membubarkan diri menuju Terminal Bus Gorong-gorong dan membakar fasilitas perkantoran di lokasi itu.
Sebagian massa dengan sepeda motor bergerak ke Jalan Cenderawasih, lalu merusak fasilitas perkantoran PT. Petrosea. Dua unit bus, dan sekitar 17 kendaraan milik PT Petrosea serta mess karyawan menjadi sasaran amukan massa karyawan mogok.