Dr Any Nurhasanah dari Universitas Bandarlampung (UBL) menanggapi posisi pesisir Lampung yang rawan gempa dan tsunami, seharusnya menjadi sebuah kekuatan dalam memberikan kesadaran mitigasi bencana yang baik dan konsisten. Jangan sampai mengurangi dampak kerugian dari bencana tersebut, katanya mengingatkan.
Perencanaan menghadapi bencana dimulai dari konstruksi yang akrab dengan bencana, perencanaan evakuasi, peringatan dini bencana, sampai struktur-struktur penahan tsunami seperti hutan pantai, tembok laut.
Namun mitigasi bencana harus menjadi kesadaran nasional secara luas bahwa hampir seluruh wilayah Indonesia berada dalam lingkaran rawan bencana, dan antisipasi yang baik terencana adalah kunci untuk mengurangi dampak kerusakannya.
Menurut Dr Barthoven Vivit Nurdin, faktor budaya sangat penting dalam merencanakan suatu program. Lampung memiliki hubungan yang baik antara masyarakat pendatang dengan pribumi.
Baca Juga: Laman Polda Lampung Diretas, Hacker Pasang Video Ustaz Basalamah
Berdasarkan data struktur demografis terdapat banyak etnis yang berada di Lampung seperti suku Jawa, Lampung, Sumatera, dan lainnya yang hidup secara harmonis.Hubungan sosial masyarakat Lampung terbagi berdasarkan hubungan darah dan hubungan tanah.
Kondisi sekarang ini banyak lahan milik masyarakat Lampung sudah berganti kepemilikan ke orang yang bukan Lampung asli.
"Masyarakat Lampung juga memiliki social capital tradisi turun temurun nemui nyimah, sehingga dapat hidup secara harmonis dengan masyarakat lain. Hal-hal di atas dapat dijadikan acuan perpindahan ibu kota dengan kondisi masyarakat yang heterogen nantinya," kata dia.