Suara.com - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tanggapi viralnya video aksi unjuk rasa pelajar dan santri di Lumajang, Jawa Timur, yang menghebohkan pada 7 Agustus lalu.
Dalam video itu terdengar seperti teriakan 'Bunuh Menteri' saat unjuk rasa penolakan kebijakan program sekolah lima hari atau Full Day School (FDS).
Ketua Tanfidziyah PBNU Marsudi Syuhud menanggapi, pihaknya belum bisa memastikan pernyataan yang diteriakkan, karena tidak begitu jelas suaranya.
"Kalimatnya tidak se-clear itu lah kalimatnya, apa membunuh, apa mundur, apa gusur," ujar Marsudi ditemui di Bumbu Desa, Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (15/8/2017).
Baca Juga: Jadi Juara Asia, Rehan/Siti 'Banjir' Bonus
Marsudi juga membantah pernyataan itu terjadi di sebuah acara Istighosah. Menurutnya, teriakan itu terjadi di saat ketika dalam perjalanan ke lokasi Istighosah.
"Tapi, itu di luar acara. Acaranya kan Istigosah. Itu orang lagi mau berangkat menuju Istiqhosah. Ketika di acara Istigosah nggak apa-apa," tegas dia.
Meski demikian, Marsudi tidak menampik video tersebut bermuatan politis untuk menyudutkan NU yang notabene organisasi Islam terbesar di Indonesia.
"Yang namanya hidup di negara politik ya kanan kiri tertarik ke politik, biasa saja," tuturnya.
Dalam video berdurasi 1 menit 3 detik, tampak puluhan anak-anak yang mengenakan baju koko, sarung, dan kopiah melakukan unjuk rasa.
Baca Juga: Dari SNSD hingga Far East Movement Ramaikan Countdown Asian Games
Tampak anak-anak tersebut membentangkan spanduk penolakan peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2017 tentang Full Day School.
Pada aksi itu, peserta demonstrasi tak hanya membentangkan bendera Merah Putih, namun juga bendera Nahdlatul Ulama.
Terlihat pula seseorang mengenakan seragam yang mirip dengan Barisan Ansor Serbaguna (Banser) NU yang tengah mengatur anak-anak tersebut.