Suara.com - Lebih dari 300 orang tewas akibat tanah longsor dan banjir besar di ibu kota Sierra Leone. Sedikitnya 21 orang tewas dan puluhan lainnya terkubur setelah tanah longsor, melanda Regent dekat Freetown pada dini hari.
Puluhan rumah terendam hujan malam yang deras. Layanan darurat langsung terjun ke tempat kejadian untuk menjangkau orang-orang yang terjebak di bawah lereng bukit yang ambruk.
Siaran televisi nasional Sierra Leone pun langsung memotong semua program reguler untuk menyampaikan berita bencana ini. Dimana para jenazah bergelimpangan terbawa arus banjir yang disertai lumpur dengan derasnya.
Lebih dari 200 jenazah telah dibawa ke kamar jenazah di Connaught Hospital dengan koroner Sinneh Kamara mengatakan bahwa mereka kewalahan dengan jumlahnya.
Baca Juga: Masih Ada Ebola di Sierra Leone
Diperkirakan 2.000 orang telah kehilangan tempat tinggal akibat hujan monsun. Korban tewas diperkirakan akan meningkat seiring lebih banyak mayat ditemukan.
"Kemungkinan ratusan orang meninggal di bawah reruntuhan. Sejumlah bangunan ilegal telah didirikan di daerah tersebut," kata juru bicara Palang Merah Abu Bakarr Tarawallie.
Bencana itu, tambahnya, sangat serius dan semua pihak mencoba mengawal daerah itu serta melakukan evakuasi.
Banyak daerah miskin di ibukota Sierra Leone yang dekat dengan permukaan laut dan memiliki sistem drainase yang buruk. Semua kondisi ini memperburuk banjir selama musim hujan di negara Afrika Barat tersebut.
Pejabat mengatakan, personil militer telah ditugaskan untuk membantu operasi penyelamatan yang sedang berlangsung.
Baca Juga: Sierra Leone Belum Terbebas Ebola
Begini kedasyatan banjir dan lumpur di Sierra Leone.