Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI yang juga pimpinan AQL Islamic Center Bachtiar Nasir mengatakan kegiatan bertema Syiar Persatuan, Mengisi Kemerdekaan dengan Al Quran pada tanggal 17 Agustus 2017 nanti sekaligus untuk klarifikasi atas stigma radikal yang sering disematkan ke Islam.
"Ini sekaligus merupakan jawaban atau klarifikasi bahwa umat Islam adalah umat yang cinta Tanah Air, cinta Indonesia, cinta Pancasila dan umat Islam adalah umat yang dalam hatinya merah putih," kata Bactiar di AQL Islamic Center, Tebet, Jakarta Selatan, Senin (14/8/2017).
Menurut Bachtiar sejauh ini umat Islam seringkali diserang isu intoleran, anti Pancasila dan anti kebhinnekaan. Padahal, kata dia, umat Islam justru menjadi kelompok masyarakat yang paling cinta Indonesia.
"Hari ini kita akan jawab bahwa umat Islam adalah umat yang cinta damai, umat yang menginginkan Indonesia ini aman dan bersatu," ujar Bachtiar.
Acara salat subuh berjamaah akan digelar di Masjid Agung Trans Studio Bandung, Jawa Barat. Acara diawali dengan tadarus Al Quran yang akan diikuti oleh sejumlah tokoh agama Islam.
Ia menegaskan panitia tidak mengundang tokoh politik, seperti Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto atau pendiri Partai Amanat Nasional Amien Rais.
"Yang kami undang itu kebanyakan adalah tokoh-tokoh umat di Jawa Barat, yang bisa hadir. Bukan tokoh-tokoh politik yang kmai undang, tapi tokoh-tokoh umat," kata Bactiar.
Acara bertema Syiar Persatuan, Mengisi Kemerdekaan dengan Al Quran merupakan rangkaian acara memperingati hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
"Sehingga umat Islam akan menjadi sungguh-sungguh membangun negeri ini, dalam bingkai kebangsaan, kebhinekaan dan persatuan Indonesia. Itu yang paling penting," kata Bachtiar.
AQL juga ingin menawarkan hal yang berbeda dalam perayaan HUT RI dari yang selama ini berkutat pada pesta dan perlombaan.
"Maka sekarang ini kita juga ingin melakukannya di masjid dan mendapatkan pertolongan kekuatan dari langit," tutur Bachtiar.
Acara tersebut sengaja diselenggarakan di Bandung agar tidak mengganggu kegiatan yang diselenggarakan oleh negara pada hari yang sama.
"Ada yang mesti kita toleransi, dalam hal ini seandainya kita buat di Jakarta, khawatir ganggu agenda kenegaraan. Misalnya kita buat di Masjid Istiqlal ini akan mengganggu kekhidmatan penyelenggaraan acara kemerdekaan Republik Indonesia," kata Bachtir.
"Ini sekaligus merupakan jawaban atau klarifikasi bahwa umat Islam adalah umat yang cinta Tanah Air, cinta Indonesia, cinta Pancasila dan umat Islam adalah umat yang dalam hatinya merah putih," kata Bactiar di AQL Islamic Center, Tebet, Jakarta Selatan, Senin (14/8/2017).
Menurut Bachtiar sejauh ini umat Islam seringkali diserang isu intoleran, anti Pancasila dan anti kebhinnekaan. Padahal, kata dia, umat Islam justru menjadi kelompok masyarakat yang paling cinta Indonesia.
"Hari ini kita akan jawab bahwa umat Islam adalah umat yang cinta damai, umat yang menginginkan Indonesia ini aman dan bersatu," ujar Bachtiar.
Acara salat subuh berjamaah akan digelar di Masjid Agung Trans Studio Bandung, Jawa Barat. Acara diawali dengan tadarus Al Quran yang akan diikuti oleh sejumlah tokoh agama Islam.
Ia menegaskan panitia tidak mengundang tokoh politik, seperti Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto atau pendiri Partai Amanat Nasional Amien Rais.
"Yang kami undang itu kebanyakan adalah tokoh-tokoh umat di Jawa Barat, yang bisa hadir. Bukan tokoh-tokoh politik yang kmai undang, tapi tokoh-tokoh umat," kata Bactiar.
Acara bertema Syiar Persatuan, Mengisi Kemerdekaan dengan Al Quran merupakan rangkaian acara memperingati hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
"Sehingga umat Islam akan menjadi sungguh-sungguh membangun negeri ini, dalam bingkai kebangsaan, kebhinekaan dan persatuan Indonesia. Itu yang paling penting," kata Bachtiar.
AQL juga ingin menawarkan hal yang berbeda dalam perayaan HUT RI dari yang selama ini berkutat pada pesta dan perlombaan.
"Maka sekarang ini kita juga ingin melakukannya di masjid dan mendapatkan pertolongan kekuatan dari langit," tutur Bachtiar.
Acara tersebut sengaja diselenggarakan di Bandung agar tidak mengganggu kegiatan yang diselenggarakan oleh negara pada hari yang sama.
"Ada yang mesti kita toleransi, dalam hal ini seandainya kita buat di Jakarta, khawatir ganggu agenda kenegaraan. Misalnya kita buat di Masjid Istiqlal ini akan mengganggu kekhidmatan penyelenggaraan acara kemerdekaan Republik Indonesia," kata Bachtir.