Hasta Mitra adalah penerbit progresif yang pertama kali berani menerbitkan karya-karya Pramoedya pada Zaman Soeharto. Sementara Max Lane adalah orang pertama yang memperkenalkan karya-karya Pram kepada dunia pada Zaman represi Soeharto.
Ia menerjemahkan tetralogi Buru (Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah Kaca) ke dalam bahasa Inggris dan diterbitkan oleh Penguin Australia, United Kingdom dan Amerika. Akibat dari kerja menerjemahkan buku Pram ini, Max, yang saat itu bekerja sebagai diplomat muda kedutaan Australia di Indonesia, dipulangkan paksa oleh pemerintahan Australia, pada Tahun 1981.
Buku Pram lain yang diterjemahkan oleh Max adalah 'Arok Dedes dan Hoakiau di Indonesia'. Dari pergumulan bertahun-tahun melalui proses menerjemahkan dan interaksinya dengan banyak berdikusi bersama Pramoedya dan berbagai aktivis Indonesia lainnya, Max mencatat dan memberi analisa yang sekarang Ia tuangkan dalam kumpulan esai berjudul 'Indonesia Tidak Hadir di Bumi Manusia' diterbitkan oleh penerbit Djaman Baroe Yogyakarta, pada Tahun 2017.
Esai-esai tersebut antara lain berupa artikel yang berupaya memberi gambaran umum tentang karya-karya Pramoedya, menganalisa berbagai ide Pramoedya tentang sejarah nusantara, asal-usul Indonesia sebagai bangsa, dan tentang hubungan antara kasta dan kelas. Karya yang didiskusikan termasuk 'Hokkiau' di Indonesia, 'Arok Dedes dan Bumi Manusia'.
Menurut Max, ada pesan terselubung dari Pramoedya buat pembacanya tentang apa yang harus disadari dalam menghadapi masa depan Indonesia.
Baca Juga: 88 Suzuki Jimny untuk Indonesia Tak Ditemukan di Negara Lain