Adapun responden yang menilai wakil gubernur petahana Saifullah Yusuf mampu memimpin Jatim adalah hanya 62,3 persen.
"Alasan responden bahwa peran wakil gubernur hanyalah sebagai "ban serep" dan lima tahun terakhir jumlah masyarakat Jawa Timur yang ekonomi dan penghasilannya menurun sangat tinggi," katanya.
Sementara dari aspek elektabilitas, Tri Risma yang berada pada angka 20,4 persen berhasil mengalahkan La Nyalla yang hanya berada pada angka 19,7 persen.
"Disusul Khofifah Indar Parawangsa sebesar 18,9 persen. Sedangkan Saifullah Yusuf hanya dipilih sebesar 14,7 persen. Kemudian Abdullah Azwar Anas dipilih sebesar 6,1 persen, sedangkan Imam Nahrawi dipilih sebanyak 4,3 persen dan Kusnadi sebanyak 3,3 persen, dan yang belum memilih 12,6 persen," kata Andri.
Baca Juga: Donald Trump Ungkap Kesabaran Menghadapi Korea Utara Sudah Habis
Andri mengatakan, seorang gubernur Jatim nantinya dalam kebijakannya, harus mampu memberikan dampak ekonomi yang lebih baik pada masyarakat. Hal itu terkait kemampuan calon dalam penyelesaian permasalahan, peningkatan ekonomi masyarakat, inovatif, dan kreatif.
"Kinerja dan pengalaman serta latar belakang tokoh sangat berkaitan dengan akseptabilitas dan kapabilitas kriteria tokoh. Ini penting untuk didorong agar kontestasi Pilgub Jatim tidak melulu bersandar pada popularitas dan elektabilitas. Akan sangat kuat jika sosok tokoh yang bersaing nanti adalah paduan antara sosok populer dan terbukti berkinerja serta mampu mengembangkan perekonomian masyarakat yang sedang lesu dan banyak pengangguran," tutup Andri.