"Pada majikan pertama dan kedua korban tidak digaji. Sedangkan pada majikan ketiga, korban mendapatkan gaji USD200 selama lima bulan saja," ujar Ari.
Selin itu, korban juga mendapatkan penyiksaan dari majikannya. Karena korban tidak tahan, akhirnya korban kabur dan melaporkan hal yang dia alami ke KBRI Damaskus. Setelah itu, KBRI damaskus memulangkan korban ke Indonesia.
Berdasarkan alat bukti yang berhasil didapatkan tim, Pariati bertugas sebagai perekrut korban di daerah asal korban, yakni di Nusa Tenggara Barat.
"Dari hasil pengembangan, dapat ditangkap pula tersangka Evi di Malang yang diduga membawa korban ke Malaysia via Batam dan sebagai penghubung langsung ke jaringan Padi di Malaysia untuk memberangkatkan calon TKI ke Damaskus secara ilegal," tutur Ari.
Baca Juga: Tarif Parkir DKI akan Naik, Ini Saran Djarot ke Pemilik Kendaraan
Ia mengungkapkan, jaringan ini diduga telah mengirimkan ratusan TKI dari NTB ke Damaskus via Malaysia sejak tahun 2014 hingga 2017 secara ilegal. Keuntungan yang didapatkan oleh jaringan ini Rp10 sampai Rp15 juta per calon TKI, sehingga diduga keuntungan mencapai ratusan juta rupiah.
Bareskrim berhasil menyita barang bukti berupa 18 Paspor, 2 buku tabungan, 1 bandel catatan keuangan, 1 buah buku kecil merk mirage batik warna coklat yang berisi catatan keuangan, dan satu bendel formulir Housemaid Application dan tiga telepon seluler.
"Terkait jaringan Suriah Satgas TPPO Bareskrim Polri akan bekerja sama dengan D7 PDRM untuk mengembangkan kasus terhadap tersangka Padi warga negara Irak yang tinggal di Malaysia, dan jaringan TPPO yang menampung dan mengirim TKI ke Timur Tengah," tandasnya.
Baca Juga: Istri Zoya Masih Tak Terima Suaminya Dibakar karena Curi Ampli