Ia mengakui sangat senang dengan kujungan tersebut. Beragam pertanyaan juga dijawabnya dengan bahasa yang mudah, misalnya soal santri, bahwa di Pesantren Tebuireng juga ada santri laki-laki dan perempuan, dengan tempat tinggal yang berbeda.
Selain membahas soal pesantren dan santri, dalam dialog itu juga membahas terkait dengan tingginya selera humor kaum santri dan warga Nahdlatul Ulama.
Bahkan, mereka heran sampai bertanya apakah di pesantren juga ada kurikulum atau faktor khusus yang membuat selera humor santri sedemikian tinggi.
Baca Juga: Bakar Zoya yang Sudah Sekarat, SD Akhirnya Menyesal