Suara.com - Dosen Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Departemen Ilmu Penyakit Dalam dokter hewan Slamet Raharjo mengatakan bahwa karakter anjing piaraan merepresentasikan karakter pemiliknya. Secara umum, anjing dianggap salah satu pet animal yang paling setia pada tuannya.
“Pada kalangan penggemar anjing atau dog lover ada anekdot yang mengatakan bahwa karakter anjing piaraan adalah representasi karakter pemiliknya," ujar Slamet di acara diskusi terbatas bertema Anjing Pitbull Menggigit, Salah Siapa?” di kampus FKH UGM, Yogyakarta, kemarin.
Diskusi ini ditujukan untuk memberi edukasi kepada masyarakat pecinta hewan piaraan anjing dari berbagai jenis, sekaligus menyikapi kasus anjing pitbull bernama Sapi di Malang, Jawa Timur, yang menggigit bocah perempuan bernama Ramisya Bazigha, berumur delapan tahun hingga tewas.
Karakter Anjing
Slamet menjelaskan karakter setiap breed anjing pedigree juga bisa diprediksi sesuai breed-nya. Namun kadang ada anomali karakter individu yang sangat dipengaruhi oleh pola pengasuhan saat anjing masih puppy hingga dewasa.
“Nah, anomali karakter individu ini sangat dipengaruhi oleh pola pengasuhan, pendidikan saat anjing masih puppy sampai dewasa muda, sehingga karakter tersebut menjadi permanen,” kata Slamet yang juga merupakan Wakil Direktur Bidang Pelayanan Rumah Sakit Hewan Prof. Soeparwi FKH UGM.
Menurut dia pada kasus anjing pitbull di Malang yang menerkam anak kecil hingga menyebabkan kematian, belum diketahui persis riwayat anjing itu, apakah dipelihara dari kecil (puppy) atau baru dirawat di rumah itu setelah besar atau dewasa. Selain itu, juga tidak diketahui pola pengasuhan anjing tersebut, termasuk kasih sayang yang diberikan ke anjing tersebut.
Pitbull ‘Nanny Dog’
Lebih jauh, Slamet menerangkan, secara umum American Pitbull Terrier (APBT) di negara asalnya Amerika, dijuluki sebagai "Nanny dog" karena karakternya yang manis.
Selain itu, pitbull juga bersifat universal atau dapat berbaur akur dengan anjing breed lain, protektif terhadap keluarga atau pemilik serta beberapa kelebihan lain. Seperti sifat teritori yang sangat kuat sehingga direkomendasikan sebagai family dog/anjing keluarga.
Kondisi berbeda terjadi di Indonesia, lanjutnya, sehingga ada satu anggapan umum bahwa Pitbull adalah satu jenis anjing yang galak dan agresif.
“Bahkan sampai ditolak/tidak diakui sebagai breed resmi oleh Perhimpunan Kinologi Indonesia (Perkin), sehingga banyak yang merekomendasikan untuk tidak memelihara anjing Pitbull,” papar Slamet.
Pitbull di Indonesia
Asumsi semacam ini, lanjut Slamet, terbentuk di masyarakat karena sebagian besar anjing Pitbull di Indonesia digunakan sebagai anjing pekerja. Seperti dijadikan anjing aduan untuk diadu dengan babi hutan (celeng atau bagong) atau diadu dengan anjing lain serta sebagai anjing untuk lomba adu otot.
Dengan adanya asumsi tersebut, katanya lagi, sebagian besar masyarakat yang memelihara anjing Pitbull dijadikan sebagai anjing penjaga rumah yang selalu dikandangkan di kandang yang biasanya berukuran relatif kecil.
Ia mengatakan sebagai family dog dan anjing pekerja yang seharusnya setiap hari beraktivitas fisik secara cukup, ketika dikandangkan terus-menerus biasanya anjing Pitbull akan mudah mengalami bad mood, bosan atau boring yang dapat memicu munculnya problem behavior termasuk berubah menjadi lebih agresif karena sifat teritorinya.
Kondisi Bad Mood
Slamet menduga bahwa anjing pitbull Sapi saat itu sedang dalam kondisi bad mood yang tidak diketahui dengan pasti penyebabnya. Sehingga ketika secara tiba-tiba ada anak kecil memasuki wilayah teritorinya, sebagai anjing yang memiliki naluri sebagai anjing pemburu, secara reflex sifat teritorinya muncul dan langsung berlari mengejar si anak dan menerkamnya, biasanya di area leher.
Ia menambahkan dalam kondisi menggigit korban atau mangsa, pitbull memiliki karakter yang unik dan berbeda dengan anjing breed lain.
“Sebab, semakin diganggu, gigitannya justru semakin kuat dan semakin tidak mau melepaskan gigitan, yang diduga menjadi penyebab meninggalnya si bocah yang digigit,” kata Slamet.