Suara.com - Tampaknya kesabaran Presiden Donald Trump terhadap Korea Utara telah habis. Dia pun memberi ultimatum, Amerika Serikat siap berperang menghancurkan Korea Utara daripada membiarkan negara itu mengembangkan rudal nuklir jarak jauh.
Presiden ke-45 Amerika itu mengatakan, Kim Jong-un akan disambut dengan "kekuatan dahsyat yang belum pernah dilihat sebelumnya" jika terus mengancam Amerika dengan serangan rudal nuklir.
"Korea Utara jangan lagi melakukan ancaman lain terhadap Amerika Serikat. Mereka 'akan disambut kekuatan dahsyat yang belum pernah dilihat sebelumnya oleh dunia'," kata dia dalam sebuah konferensi.
Pernyataan itu tercetus setelah berita yang menyebutkan, Korea Utara telah berhasil menghasilkan sebuah hulu ledak nuklir miniatur yang bisa memuat rudal. Jika benar, itu berarti Korea Utara telah melewati ambang batas penting uji coba rudal balistiknya.
The Washington Post melaporkan, analisis rahasia tersebut diselesaikan bulan lalu oleh Badan Intelijen Pertahanan AS. Namun, pejabat di agensi belum memberikan komentarnya.
Secara terpisah, kementerian pertahanan Jepang menilai dalam sebuah laporan pada hari Selasa bahwa ada kemungkinan Korea Utara telah mencapai miniaturisasi senjata nuklir dan telah mengembangkan hulu ledak nuklir.
Trump dan Korea Utara telah beberapa kali melakukan serangan verbal selama beberapa minggu terakhir. Namun, ini tampaknya menjadi titik didih Trump.
"Setelah bertahun-tahun gagal, negara-negara berkumpul untuk akhirnya mengatasi bahaya yang diajukan oleh Korea Utara. Kita harus tangguh & menentukan!" kicau Trump.
Sejak awal 2017, Korut terus menjadi sorotan karena rentetan uji coba rudal balistiknya.
Pekan lalu, Pyongyang melakukan uji coba rudal antarbenua (ICBM) terbarunya, yang diklaim pemimpin mereka, Kim Jong-un, berkapasitas nuklir dan mampu menjangkau daratan AS seperti Alaska, Los Angeles, Denver, dan bahkan Chicago.
Dua pejabat intelijen AS bahkan mengakui rudal ICBM Korut dapat menjangkau sebagian besar wilayah negaranya.
Melihat ancaman Korut yang kian nyata, AS beserta negara besar lainnya terus memutar otak mencari cara menghentikan ambisi nuklir negara paling terisolasi itu, salah satunya mendorong Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) agar menerapkan sanksi baru yang lebih berat lagi pada Pyongyang.
Trump dan utusan utamanya ke PBB mengatakan, bahwa sanksi terakhir terhadap Korea Utara diperlukan untuk mencegah program nuklir negara tersebut.
Duta Besar PBB Nikki Haley mengatakan kepada NBC Today, dia tidak yakin apakah sanksi tersebut akan berhasil. Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, telah menyatakan tidak tertarik untuk mengakhiri program rudal nuklir dan balistiknya, dan negara tersebut telah bertahan. Namun, Haley mengatakan, bahwa sanksi tersebut memaksa Kim untuk memikirkan kembali "endgame"-nya.
"Dia harus memutuskan. Jika dia menyerang Amerika Serikat, apakah dia bisa menang?" ujarnya. (Metro)