Menggelikan
Kalau pengalaman menggelikan dengan sampah sudah jadi makanan sehari-hari. Dia tidak jijik karena sudah menjadi pekerjaan sehari-hari.
"Dulu awal-awal masih jijik lihat pembalut sekarang udah biasa. Dulu pernah lihat satu kantong plastik isinya alat perlengkapan mandi dan banyak pembalut yang masih ada darahnya," ujar Saropa.
Dia juga pernah menemukan plastik, awalnya disangka berisi barang berharga, tetapi ternyata bekas pembalut nenek-nenek yang masih penuh kotoran.
"Pernah ketemu pampers nenek-nenek yang masih ada kotorannya," ujar Saropa.
Saropa mengatakan kesejahteraan hidupnya meningkat setelah menjadi pemulung di TPST Bantargebang.
"Seneng sih di sini, kalau di kampung nggak ada kerjaan. di sini kan ada terus," ujarnya.
Perempuan berusia 30 tahun itu mulai menjadi pemulung bersama kedua orangtua dan saudara-saudaranya sejak kelas 3 SD.
Saropa sudah berkeluarga. Dia punya tiga anak: anak pertama duduk di bangku kelas dua SMP, anak yang kedua duduk di kelas lima SD, dan yang ketiga masih TK. Dia tinggal satu gubuk dengan suami dan anaknya yang masih TK.
"Dua anak saya yang SMP dan SD di pesantren Banten tinggalnya. Di situ nggak butuh biaya administrasi, paling uang jajan saja yang saya kasih. Kalau yang TK sekolahnya di dekat sini," ujar Saropa sambil membersihkan daun-daun.