"Kita ada dan tempat, jadi kita rolling. Di pasar darurat, Tomang, RW 10, dan di pasar timbul, Tomang, RW 7. Tiap hari kerja hanya dua tempat saja," ujarnya.
Sebelum sampah diangkat ke dalam truk, terlebih dahulu dipilah antara yang masih bisa didaur ulang dengan yang tidak bisa didaur ulang.
"Pemisahan. Paling di pilah-pilah saja. Yang bisa dimanfaatin," ujar Abdul sambil menunjukkan sampah yang telah dipisahkan berupa botol-botol plastik.
Abdul mengakui kesadaran warga untuk memilah sampah sebelum dibuang ke tempat sampah masih minum. Mereka masih membuang sampah campur aduk.
"Warga nggak mungkin dipilah-pilah sampah yang mana ini harus ini, yang penting dibuang aja. Tinggal kita yang gimana pilah-pilah saja," ujarnya.
Pembalut merupakan salah satu jenis sampah yang banyak ditemukan di sana. Sampah jenis ini tentu tidak akan diambil karena sudah tidak dapat didaur ulang.
"Pembalut banyak. Ada pempers nenek gitu juga, langsung dibuang saja. Tergantung ada yang diplastikin dan ada juga yang nggak. Ya tergantung manusianya," ujarnya.
Meski sampah seperti pembalut bentuknya menjijikkan sekali, dia enjoy saja mengerjakan tugas.
"Jadi kita buat enjoy aja kalau kerja. Kalau yang nggak biasa udah muntah," ujar Abdul.
Setelah sampah dimasukkan ke dalam truk, selanjutnya dibawa ke TPST Bantargebang oleh supir seperti Usep (35). Usep merupakan supir dari Dinas Lingkungan Hidup Kecamatan Grogol Petamburan.