Kisah Bekas Pembalut Wanita Berdarah dari Rumah sampai Bak Sampah

Siswanto Suara.Com
Minggu, 06 Agustus 2017 | 09:00 WIB
Kisah Bekas Pembalut Wanita Berdarah dari Rumah sampai Bak Sampah
Tempat sampah [suara.com/Yunita]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Kalau lagi di luar, cuci dulu, baru buang. Nggak ada pemisahan. Dibungkus plastik, dibuang bersamaan dengan sampah lainnya," kata dia.

Kalau sedang puncak datang bulan, dia bisa memakai rata-rata empat sampai enam pembalut dalam sehari. Tetapi kalau sudah memasuki hari keempat dan sampai seterusnya biasanya berkurang menjadi dua sampai tiga pembalut saja.

Menurut Mona perempuan perkotaan umumnya memilih pakai pembalut sekali pakai karena dirasa lebih elastis dan higienis ketimbang pembalut kain yang bisa dipakai berkali-kali.

"Selain itu juga karena takut bocor, kan," kata dia kepada Suara.com.

Mona mengatakan umumnya perempuan memakainya karena kebutuhan dan yang banyak tersedia di pasaran adalah pembalut sekali pakai, bukan pembalut kain yang bisa berkali-kali pakai.

Jadi, bisa dibayangkan jika limbah pembalut sintetis yang dihasilkan dari warga Kota Jakarta dalam satu hari diakumulasikan. 

Pembalut lewat tempat sampah kompleks

Setelah limbah pembalut dibuang ke tempat sampah, petugas sampah seperti Rosdi (30) yang akan menemukannya.

Rosdi adalah petugas pengangkut sampah di Jalan Tawakal, Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Kecuali hari Minggu, dia setiap hari bekerja memindahkan sampah dari tempat sampah rumahan dengan gerobak ke pool.

Rosdi mengungkapkan saban hari menemukan banyak pembalut bekas. Kendati demikian, dia tidak merasa jijik, meski terkadang terlihat pembalutnya masih ada darah, karena sudah biasa dengan pekerjaan ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI