Suara.com - Satuan Tugas Kebakaran Hutan dan Lahan (satgas karhutla) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggunakan 15 pesawat untuk operasi udara pemadaman karhutla di sejumlah lokasi.
"Upaya pencegahan karhutla yang telah dilaksanakan yaitu berupa peningkatan status kedaruratan, patroli terpadu, operasi udara yang meliputi patroli udara, 'water bombing', pembuatan hujan buatan/Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), dan operasi darat yang meliputi patroli mandiri dan pemadaman dini," kata Kepala Biro Humas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Djati Witjaksono Hadi dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Sabtu (5/8/2017).
Hingga Jumat (4/8/2017), rekapitulasi total dukungan operasi udara dalam pengendalian karhutla, telah melakukan upaya water bombing sebanyak 3.271.900 liter air dan 74 juta ton garam untuk teknologi modifikasi cuaca (TMC).
Pencegahan karhutla juga dilakukan melalui pembangunan fisik yang dikerjakan oleh para pihak di tujuh provinsi rawan karhutla berupa sekat kanal 21.036 unit, embung 2.581 unit,dan sumur bor 11.941 unit. Untuk membantu satgas karhutla, Masyarakat Peduli Api (MPA) dibentuk di desa rawan karhutla di 26 provinsi dengan jumlah anggota 9.963 orang atau 664 regu.
Baca Juga: Padamkan Kebakaran Hutan Aceh, BNPB Tambah Heli Water Bombing
Lebih lanjut, Djati mengatakan bahwa dalam rangka optimalisasi upaya pencegahan karhutla tahun 2017, KLHK bersinergi dengan berbagai pihak melaksanakan upaya-upaya pencegahan karhutla. Sinergi itu dilakukan Kementerian LHK diantaranya dengan TNI, POLRI, BNPB, dan satgas-satgas provinsi.
Upaya pencegahan dilakukan untuk mencegah agar tidak munculnya titik api dan menekan tingkat bahaya karhutla utamanya di provinsi rawan di Sumatera dan Kalimantan.
Berdasarkan laporan Posko Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, pantauan hotspot pada 4 Agustus 2017, pukul 20.00 WIB, Satelit NOAA19 menunjukkan terdapat 36 hotspot di seluruh wilayah Indonesia. Sedangkan data satelit TERRA/AQUA (NASA) dengan confidence level lebih besar sama dengan 80 persen menunjukkan adanya tujuh hotspot di seluruh wilayah Indonesia, dan data TERRA/AQUA (LAPAN), terdapat 55 hotspot di seluruh wilayah Indonesia.
Pada 3 Agustus 2017, di seluruh Indonesia tercatat 42 hotspot oleh satelit NOAA19, 14 hotspot tercatat oleh satelit TERRA/AQUA (NASA) dan 12 hotspot tercatat oleh satelit TERRA/AQUA (LAPAN).
Sedangkan total hotspot berdasarkan satelit NOAA19 per 1 Januari sampai dengan 4 Agustus 2017, dilaporkan sebanyak 1.326 hotspot. Sedangkan catatan pada tahun 2016 untuk periode yang sama, yaitu sebanyak 1.174 hotspot, terdapat kenaikan jumlah hotspot sebanyak 152 titik atau sebesar 12,94 persen.
Baca Juga: Ini Penyebab Kebakaran Hutan Aceh Menurut Walhi
Sementara total titik hotspot per 1 Januari sampai dengan 4 Agustus 2017 TERRA/AQUA (NASA) dengan confidence level lebih besar sama dengan 80 persen sebanyak 280 hotspot. Pada periode yang sama tahun 2016, terdapat titik hotspot sebanyak 1.839, maka saat ini terjadi penurunan jumlah hotspot sebanyak 1.839 hotspot atau sebesar 86,78 persen.
Adapun update kondisi terkini dilapangan, lahan gambut di Desa Ibul Besar 1, Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumsel terbakar seluas 9,760 hektare (ha). Manggala Agni Daops Banyuasin telah melakukan upaya pemadaman kebakaran lahan bertipe permukaan pada kedalaman gambut 30 cm ini, dan api yang berhasil dipadamkan seluas 2 ha, Jumat (4/8/2017).
Upaya pemadaman ini, menurut dia, didukung dengan keberadaan sumber air dari kanal dengan lebar empat meter dan kedalaman dua meter di dekat lokasi. Berdasarkan Laporan Kepala Daops di daerah, luas areal karhutla yang ditangani oleh Manggala Agni sampai dengan tanggal 4 Agustus 2017 mencapai seluas 4.328,48 ha. (Antara)