Suara.com - Tak sedikit warga Indonesia yang kepincut dengan beragam tawaran menggiurkan dari ISIS, untuk “hijrah” ke tanah yang dijanjikan, yakni Raqqa, Suriah. Namun, Beragam mimpi itu hanya menjadi kenangan. Mimpi buruk justru menghantui mereka setiap malam di medan perang.
Nurshardrina Khairadhania baru berusia 17 tahun ketika mengikuti keluarga besarnya pergi dari Indonesia Ke Suriah untuk bergabung dengan gerombolan teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dua tahun silam.
Mereka berharap mendapat kehidupan yang jauh lebih baik dari segi ekonomi di tanah kekhalifahan Abu Bakr al-Baghdadi tersebut.
“Tapi ternyata, ISIS hanya membagikan informasi yang baik-baik di internet,” tutur Nur, sapaan gadis yang kekinian berusia 19 tahun tersebut, seperti dilansir stuff.co.nz, Kamis (3/8/2017).
Baca Juga: Menkopolhukam Terbitkan SKB untuk Lindungi Eks Anggota HTI
Ia menceritakan, keluarganya mengetahui indahnya hidup di negeri ISIS dari materi-materi propaganda gerombolan itu di laman daring.
Setelah berembug keluarga, Nur bersama kedua orangtuanya, nenek, saudara perempuan, paman, bibi, dan sepupunya memutuskan berangkat ke Suriah.
Total rombongan mereka ketika berangkat adalah dua lusin atau 24 orang. Mereka berangkat dengan wajah gembira, membayangkan bakal mendapat pendidikan dan kesehatan gratis, dan juga pekerjaan berupah sangat tinggi.
“Tapi, sesampainya di Raqqa, semua impian itu sirna. Kami hanya dua bulan mengikuti mereka dan selanjutnya berusaha melarikan diri,” tuturnya saat diwawancarai oleh jurnalis The Associated Press.
Ia menuturkan, kakaknya yang berusia 21 tahun ikut ke Suriah dengan harapan bisa kuliah ilmu komputer gratis seperti yang dijanjikan ISIS.
Baca Juga: Upah Jaringan Penyelundupan Sabu Satu Ton Ternyata Sangat Besar!
Sementara saudara sepupunya, Difansa Rachmani, bisa dioperasi medis secara gratis untuk mengobati penyakitnya.
“Saudara sepupuku juga ikut karena berharap ketiga anaknya bisa mendapat perawatan kesehatan serta pendidikan gratis. Salah satu anaknya, autis,” tukasnya.
Sedangkan orangtuanya dan sang paman, bergabung dengan ISIS untuk mendapatkan banyak uang demi menyelamatkan bisnis bengkel mekanik di Jakarta.
Pamannya juga berharap bisa membuka cabang bengkelnya di Raqqa. Menurut ISIS, mereka membutuhkan banyak mekanik karena banyak permintaan terkait perakitan bom mobil dan senjata.
“Aku sendiri, ke sini untuk mendalami ilmu kesehatan. Selain itu, aku juga ingin belajar Islam. Kami semua berpikir pergi bergabung dengan ISIS adalah jalan yang benar. Insya Allah kami akan pergi ke surga, Raqqa,” bebernya.
Tak hanya itu, Nur dan keluarganya juga bertekad akan menghubungi semua keluarga dan kenalan untuk mengajak mereka pindah ke Suriah.
Agar impian itu menjadi kenyataan, Nur mengungkapkan keluarga besarnya menjual seluruh harta benda yang ada di Indonesia. Rumah, kendaraan bermotor, perhiasan, seluruhnya dijual sehingga terkumpul USD38.000 untuk biaya keberangkatan ke Turki dan masuk Suriah.
Namun, sesampainya di Turki, mereka sudah mendapat rintangan. Tidak mudah menyelinap masuk ke Suriah dari Turki.
Sempat lama tertahan, tujuh anggota keluarga Nur akhirnya melakukan penyelinapan atas inisiatif sendiri ke Suriah.
Sial, ketujuh anggota keluarga Nur itu tertangkap tentara keamanan Turki. Mereka selanjutnya ditahan dan sudah dideportasi ke Indonesia.
Sementara Nur dan keluarganya yang tersisa akhirnya bisa diselundupkan masuk ke Suriah oleh jaringan teroris ISIS yang beroperasi di Turki.
Tapi, itu bukan berarti mereka bisa mencecap kebahagiaan di Raqqa. Tidak ada operasi medis gratis. Tidak pula ada pendidikan gratis. Begitu pula pekerjaan perbengkelan.
“Seluruh anggota keluarga kami yang lelaki dipaksa menjadi tentara ISIS dan berperang. Sementara kami masuk daftar perempuan yang bisa dinikahi oleh militan ISIS,” ungkapnya.
Dalam dua bulan petualangan mereka bersama ISIS, sang nenek meninggal dunia. Begitu pula pamannya yang bercita-cita menjadi montir kenamaan di Suriah, tewas dibom pasukan koalisi Suriah.
Ayahnya dan empat saudara sepupunya yang selamat, kekinian berada dalam sel tahanan Suriah. Selain itu, ada pula keluarga Nur yang ditangkap oleh pasukan suku Kurdi.
Sedangkan Nur, dua saudara perempuannya, tiga bibi, dua sepupu perempuan, dan tiga anaknya berhasil kabur dari wilayah ISIS.
Kekinian, mereka ditampung di kamp pengungsian milik pasukan Kurdi.
”Semoga Allah menerima pertobatan kami. Kini, aku hanya ingin pulang ke Jakarta,” tandasnya.