Suara.com - Otoritas Israel melarang sembilan pemain muda sebuah klub sepak bola Palestina, Rafah, untuk meninggalkan Jalur Gaza.
Pelarangan tersebut, seperti dilansir Anadolu Agency, Kamis (3/8/2017), diberlakukan bagi kesembilan pesepakbola tersebut yang sebenarnya ingin mengikuti pertandingan final Piala Palestina di daerah Tepi Barat. Wilayah tersebut hingga kekinian masih diduduki Israel.
Kesembilan pemain Rafah tersebut rencananya masuk dalam skuat tim tersebut untuk melakoni laga final Piala Palestina melawan Ahly al-Khalil, yang berbasis di Hebron, daerah Israel, Jumat (4/7) besok.
“Kesembilan pesepakbola itu dilarang meninggalkan Gaza karena alasan politis. Ini adalah kesalahan, karena Israel mencampuradukkan masalah politik ke sepak bola. Itu hal terlarang dalam olah raga ini,” tegas anggota Dewan Pemuda dan Olahraga Palestina, Abdussalam Haniyye.
Baca Juga: Fraksi PPP DPR Buka Posko Pengaduan soal 'Full Day School'
Karenanya, Haniyye memastikan bakal mengadukan pelarangan tersebut ke organisasi sepak bola dunia, FIFA. Ia berharap, FIFA bisa menindak tegas Israel dan mengakhiri pelarangan kontroversial tersebut.
Tahun lalu, kebijakan diskriminatif serupa juga dilakukan Israel. Kala itu, enam pemain dari tim yang berbasis di Gaza dilarang masuk ke wilayah pendudukan Israel.
Padahal, keenam pesepakbola tersebut akan melakoni laga final Piala Palestina. Alhasil, laga final itu ditunda.
Pertandingan itu baru bisa digelar setelah FIFA menyatakan protes terhadap pemerintah Israel, yang akhirnya membolehkan para pemain Gaza itu melakukan perjalanan masuk ke wilayahnya.
Baca Juga: Merasa Dibuntuti, Penyelundup 1 Ton Sabu Sempat ke Malaysia