Suara.com - Kemarin, panitia seleksi mengumumkan 14 calon komisioner Komnas HAM periode 2017-2022 yang nanti akan menjalani fit and proper test di DPR.
Ketua Bidang Advokasi Front Pembela Islam Jawa Tengah Zainal Abidin Petir yang gagal menjadi anggota Komnas HAM mengapresiasi. Dia percaya dengan pilihan tim panitia seleksi.
"Kalau saya mempercayakan saja pada timsel. Tim seleksinya kan orang profesional para profesor, ketika menghasilkan 14 nama yang sudah bisa dilihat oleh masyarakat terbaik untuk timsel, tapi menurut masyarakat kan ya belum tentu, yang penting kinerja nanti bagaimana," ujar Zainal kepada Suara.com, Kamis (3/8/2017).
Zainal berharap siapapun yang nanti terpilih menjadi anggota Komnas HAM untuk bekerja sebaik-baiknya dalam melindungi hak-hak dasar warga negara Indonesia.
"Yang penting mereka jangan jadi stempel pemerintah. Jangan hanya menjadi legalitas daripada pemerintah, tapi harus betul-betul melindungi hak dasar dari pada masyarakat yang termarjinalkan dan harus betul profesional harus cermat mandiri, ketika ada undang-undang yang mau di akses," kata dia.
Kecewa
Sejujurnya, Zainal kecewa karena tak lolos menjadi komisioner Komnas HAM. Zainal bercita-cita menjadikan Komnas HAM menjadi tempat yang bermartabat dan melindungi rakyat kecil.
"Kecewa jelas kecewa. Saya sudah mempersiapkan diri, saya sudah ingin bagaimana supaya Komnas HAM bisa bermartabat, bisa betul-betul melindungi rakyat kecil dengan situasi seperti ini," kata Zainal.
Khusus untuk kasusnya, Zainal merasa keputusan panitia seleksi ketika itu tidak fair. Dia mendapat kesan keputusan mereka ada intervensi dari pihak lain. Pasalnya, sehari sebelum pengumuman hasil seleksi tahapan dialog publik, ada jumpa pers dari Koalisi Penyelamat HAM yang menyebut Zainal berasal dari organisasi radikal.
"Saya nggak ngerti ketika timsel umumkan hasil seleksi dialog publik, sehari sebelumnya ada koalisi penyelamat Komnas HAM. Mereka bikin jumpa pers mengatakan Komnas HAM harus diselamatkan dari orang-orang yang akan dukung seolah-olah (kami) dari radikalisme. Menurut saya nggak fair, silahkan," kata Zainal.
Menurut Zainal seharusnya dia dinilai dari kiprah dalam bermasyarakat, bukan dilihat dari latar belakang organisasi.
"Jangan mandang FPI-nya, lihat kinerjanya nanti. Kalau ada pelanggaraan kan ada kode etik, ada mekanisme PAW, ada mekanisem untuk menggugurkan kembali ketika sudah jadi pun ada mekanisme. Jadi, jangan kemudian melakukan stigma bahwa saya Zainal FPI dan radikal, ini nggak fair," katanya
Adapun 14 calon anggota Komnas HAM, yaitu: