Alumni 212 Pernah Bela HT, Apa Kata Mereka Jika Dukung Jokowi

Siswanto | Nikolaus Tolen
Alumni 212 Pernah Bela HT, Apa Kata Mereka Jika Dukung Jokowi
Presiden Direktur PT MNC yang juga Ketua Umum Partai Perindo, Hary Tanoesoedibjo, usai menjalani pemeriksaan sebagai tersangka di Bareskrim Polri, Jakarta, Jumat (7/7/2017). [Suara.com/Kurniawan Mas'ud]

Slamet tidak setuju jika ada yang mengatakan Hary Tanoe pernah berjuang bersama Alumni 212.

Suara.com - Ketua Presidium Alumni 212 Slamet Ma'arif tetap mendukung Ketua Umum Partai Persatuan Indonesia Hary Tanoesoedibjo, meskipun nanti Hary Tanoe mendukung Joko Widodo di pemilu presiden tahun 2019.

"Kalau dia mendukung Jokowi tahun 2019 itu haknya dia, karena dia punya partai," kata Slamet usai menerima hasil rekomendasi dari Komnas HAM terkait dugaan kriminalisasi ulama di gedung Komnas HAM, Jalan Latuharhary, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (2/8/2017).

Slamet mengatakan sikap politik Hary Tanoe tidak berpengaruh terhadap Presidium Alumni 212.

Tetapi dalam memilih pemimpin, kata Slamet, tetap berpegang pada keyakinan yaitu pemimpin muslim.

"Bagi GNPF pemimpin itu harus muslim, tidak ada daya tawar. Karena itu hak dia, kami juga nanti akan mengultimatum umat muslim untuk pilih pemimpin muslim, itu haknya kami kan. Jadi, nggak berpengaruh bagi kami," kata Slamet.

Alumni 212 atau tokoh-tokoh yang pernah terlibat demonstrasi menentang Basuki Tjahaja Purnama jelang pilkada Jakarta itu pernah membela Hary Tanoe dengan menjadikan kasus hukum yang menjerat Hary Tanoe sebagai isu dalam demonstrasi ke Komnas HAM.  Hary Tanoe mereka bela karena dinilai menjadi korban kekuasaan.

Slamet tidak setuju jika ada yang mengatakan Hary Tanoe pernah berjuang bersama Alumni 212.

"Siapa yang mengatakan berjuang bersama kami. Nggak. Silakan saja dia mengklaim bahwa dia mendukung aksi kita, dan media dia menjadi penyambung lidah kita, tapi tidak ada acara dukung-mendukung," kata Slamet.

Baca Juga: Dari Bisnis ke Politik: Jejak Kedekatan Hary Tanoesoedibjo dan Donald Trump