Suara.com - Sinyalemen Ketua Umum Perindo Hary Tanoesoedibjo akan mendukung Joko Widodo di pemilu presiden dan wakil presiden tahun 2019 menarik perhatian politisi.
Sekretaris Sekolah Politik PDI Perjuangan Eva Sundari berharap jangan sampai langkah Hary Tanoe memunculkan kecurigaan.
"Ya jangan sampai ada kecurigaan seperti itu," kata Eva di DPR, Rabu (2/8/2017).
Eva memandang dukungan ini sebagai insting politik yang pragmatis. Artinya, kata dia, kemungkinan Hary Tanoe dan Perindo hanya ingin menempel dengan gerbong partai pendukung pemerintah yang sudah kuat.
Itu sebabnya, menurut Eva, dukungan tersebut harus diuji. Apalagi, Hary Tanoe dan jaringan medianya di bawah MNC Group kurang "bersahabat" seperti PDI Perjuangan mengusung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di pilkada Jakarta periode 2017-2022.
Eva tidak mewanti-wanti bahwa setiap dukungan politik terhadap Jokowi harus terukur.
"Nah karena itu, dukungan itu harus konkrit, terukur dan produktif. Ojo mengko gebuki Jokowi. Ngene kan lucu yo kalo ngono. Dan jangan ada transaksi di awal. Durung ono kinerja jaluk jadi cawapres. Umpamane ngono aku ya mohon maaf, karena itu menurutku harus terukur," kata dia.
Tetapi jika memang benar Hary Tanoe mau mendukung Jokowi, Eva mengapresiasinya. Menurut Eva, Jokowi merupakan tokoh yang memiliki performa yang baik dalam memimpin Indonesia sehingga memang wajar jika kemudian ada yang datang untuk mendukungnya.
"Menurutku itu menambah deret panjang dukungan ke Pak Jokowi yang memang by performance tampaknya peluang untuk menang memang paling gede, bahkan dari performance Internasional. Terakhir itu tingkat kepercayaan internasional dari Gallup itu ya paling tinggi Indonesia dengan Swiss. Lalu di internal kita juga tingkat kepercayaan paling tinggi," kata anggota Komisi XI DPR.