Siapa God Father dan God Mother Politik Jelang Pilpres 2019?

Senin, 31 Juli 2017 | 14:11 WIB
Siapa God Father dan God Mother Politik Jelang Pilpres 2019?
Presiden Joko Widodo menyambangi Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di kediamannya, di Hambalang, Bogor, Senin (31/10). (Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
Menurut analisa founder Lingkaran Survei Indonesia Denny JA terdapat empat kekuatan besar yang memiliki pengaruh di pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2019.

"Ada empat god father, god mother, atau patron dalam politik Indonesia. Mereka menjadi pusat politik karena luasnya jaringan yang mereka bisa gerakkan," kata Denny, Senin (31/7/2017).

Kekuatan pertama yaitu ada pada Joko Widodo. Sebab, dia merupakan Presiden RI saat ini, yang menjadi komando bagi pemerintahan.

Kedua, Megawati Soekarnoputri. Megawati merupakan ketua umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang merupakan partai terbesar untuk saat ini.

Ketiga, Susilo Bambang Yudhoyono. Hal ini tidak terlepas dari rekam jejak politiknya. Dia pernah menjadi Presiden selama sepuluh tahun dan sampai sekarang masih berpolitik. Yudhoyono tetap memimpin Partai Demokrat.

Keempat, Prabowo Subianto. Dia ketua umum Partai Gerindra yang kini elektabilitasnya nomor dua setelah PDI Perjuangan. Prabowo sendiri elektabilitasnya paling tinggi setelah Jokowi.

"Sebenarnya ada kekuatan lain seperti Aburizal Bakri, Luhut Binsar Panjaitan, dan Ketua Umum Golkar, Setya Novanto. Namun Aburizal tak lagi sepenuhnya mengontrol Golkar karena ia bukan ketua umum. Luhut Panjaitan pun kuat bukan karena dirinya sendiri, tapi bersumber dari Jokowi. Setnov yang juga ketua DPR sedang bermasalah hukum," tutur Denny.

Menurut Denny yang menjadi superstar dalam politik Indonesia saat ini adalah empat tokoh tersebut. Jokowi, Megawati, Yudhoyono, dan Prabowo.

Namun, kata Denny, tidak semua pusat kekuatan tersebut dapat bersinergi satu sama lain. Hal karena ada riwayat masa lalu di antara keempatnya dan adanya kepentingan yang berbeda.

"Jadi sulit melihat Megawati dan SBY bersatu dalam kubu politik yang sama. Kedua mantan presiden ini sudah lama diketahui seperti Tom and Jerry politik Indonesia," ujar Denny.

Meskipun orang-orang dekat keduanya selalu mencoba mengakurkan dua pimpinan partai itu, namun selalu gagal.

"Sama sulitnya menyatukan Tom and Jerry dalam kisah kartun yang terkenal," kata Denny.

Sementara Jokowi dan Prabowo, kata Denny, merupakan dua personality yang mudah bertemu dan berkomunikasi. Tapi kepentingan politik keduanya juga selalu berseberangan.

"Yang satu Presiden RI, yang lainnya tokoh yang juga dianggap pendukungnya layak menjadi Presiden RI. Celakanya Presiden RI hanya untuk satu orang," ujar Denny.

Meski demikian, kata Denny, Megawati sulit bersatu dengan Yudhoyono, tapi mudah bersatu dengan Jokowi atau Prabowo. Bahkan Prabowo adalah calon wakil presiden Megawati pada pilpres 2009.

"SBY juga sulit bersatu dengan Megawati, tapi mudah saja berkubu dengan baik Prabowo atau Jokowi," kata Denny.

Namun demikian, kondisi saat ini, karena Megawati lebih dahulu dan masih satu kubu dengan Jokowi, tak ada pilihan lain bagi Prabowo dan SBY. Keduanya harus menjadi satu kekuatan tersendiri.

"Jika SBY dan Prabowo ingin menyaingi kekuatan Jokowi dan Mega, SBY dan Prabowo harus pula menyatukan kekuatan," kata Denny.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI