Suara.com - Pengamat politik Point Indonesia Arif Nurul Imam memprediksi setelah berlangsung pertemuan antara Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dan Ketua Umum Partai Gerindra, semalam, konfigurasi di DPR bakal berubah.
"Pasca pertemuan ini, saya kira konfigurasi parlemen akan berubah, makin kritis dan makin besar kekuatannya," kata Nurul Imam kepada Suara.com.
Menyangkut Undang-Undang Pemilu yang menjadi tema pembahasan, menurut Nurul Imam, hal tersebut menjadi alarm bagi pemerintah bahwa UU tersebut mendapat perlawanan sekaligus menstimulus kekuatan kritis di parlemen kembali solid, setelah beberapa partai anggota Koalisi Merah Putih tergoda masuk kekuasaan.
Menurut Nurul Imam di luar pembahasan masalah kebangsaan, pertemuan tersebut hampir dipastikan tidak bebas kepentingan politik.
"Ada banyak kemungkinan terkait pertemuan tersebut. Bisa saja membahas bagaimana membangun koalisi dalam pelaksanaan pilkada serentak antara Demokrat dan Gerindra. Kemungkinan lain terkait politik agenda Pemilu 2019. Bisa saja ini komunikasi dan prakondisi untuk membangun koalisi pada Pemilu 2019," kata dia.
Mengenai kenapa pertemuan berlangsung di rumah di Cikeas, bukan di Hambalang (rumah Prabowo), Nurul Imam memandang sebagai bagian dari tradisi yunior kepada senior.
"Secara personalitas, Prabowo itu memiliki tradisi menghormati senior. SBY sebagai senior sewaktu sama-sama di militer," kata Nurul Imam.
Arief menambahkan pertemuan semalam bisa juga dipandang sebagai sebuah sinyal bakal terjadi koalisi antara Demokrat dan Gerindra dalam mengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden, atau semacam pra kondisi.
"Ada kemungkinan bahas soal duet Prabowo dengan Agus (Yudhoyono) atau Ani (Yudhoyono), meski masih tersamar, semacam kode politik saja," kata dia.
Menurut analisa Nurul Imam pascapertemuan semalam ada kemungkinan kekhawatiran kubu pendukung Joko Widodo meningkat.