Peringati Hari Kemenangan, Warga Korut Datangi Makam Kim Il Sung

Reza Gunadha Suara.Com
Jum'at, 28 Juli 2017 | 12:50 WIB
Peringati Hari Kemenangan, Warga Korut Datangi Makam Kim Il Sung
Meski hujan deras, pelajar Korea Utara tetap berjalan ke Istana Sumsusan untuk memberikan penghormatan kepada Kim Il Sung dan Kim Jong Il pada peringatan Hari Kemenangan, Kamis (27/7/2017). [Ed Jones/AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Derasnya hujan ternyata tak menyurutkan semangat warga Republik Demokrasi Rakyat Korea—nama resmi Korea Utara (Korut)—untuk mendatangi Istana Kumsusan.

Mereka datang untuk memberi penghormatan kepada kedua mantan pemimpin Korut, Kim Il Sung dan Kim Jong Il, yang sudah dibalsam dan disimpan di mausoleum depan istana tersebut.

Penghormatan itu, seperti dilansir Times Of India, bertepatan dengan hari peringatan kesepakatan penghentian Perang Korea, atau yang disebut oleh mereka sebagai "Hari Kemenangan". Hari itu selalu diperingati setiap tanggal 27 Juli.

Baca Juga: Penjelasan Agus Soal Pertemuan SBY dan Prabowo Semalam

Korut menyebut kesepakatan penghentian perang yang diteken pada tahun 1953 itu sebagai hari kemenangan. Sebabm tentara Korea Selatan dan Amerika Serikat saat itu tidak berhasil meruntuhkan republik mereka yang baru didirikan.

"Negeri kami selalu meraih kemenangan di semua bidang karena kepemimpinan Kim Il Sung dan Kim Jong Il. Mereka adalah penjaga bangsa Korea," tutur seorang warga bernama Hong Yong-Dok.

Ia mengatakan, AS adalah negara imperialis alias penjajah yang selalu menghasut suatu peperangan. Termasuk menghasut bangsa Korea.

Yong-Dok menuturkan, bangsa Korea yang seharusnya bersatu dalam sebuah negara berdaulat, lepas dari campur tangan asing, justru dihasut AS untuk berperang.

"Sejak dulu, AS selalu menghasut peperangan yang menimbulkan banyak korban dari kalangan rakyat. Ayah saya juga meninggal, dibunuh oleh tentara AS saat perang Korea. Karenanya, kami harus mengajarkan kepada generasi penerus untuk terus melawan imperialis AS hingga seluruh bangsa Korea kembali bersatu," tutur Yong-Dok yang datang ke Istana Sumsunan dengan cucunya.

Baca Juga: Pengakuan Pencuri Bus Feeder Transjakarta Mengejutkan

Hal yang sama diutarakan pensiunan bernama Ri Sun-Gyong. Menurutnya, keluarga Kim tak pernah mengkhianati bangsa Korea, baik yang berada di selatan maupun utara.

"Aku selalu menangis ketika menemui pemimpin besar Kim Il Sung dan Kim Jong Il," tuturnya.

"Aku selalu merindukan mereka," tutur Sun-Gyong penuh emosi dan menahan tangisan.

Warga Korut selalu menganggap pendiri Korut Kim Il Sung sebagai pemimpin tertinggi. Teman akrab Presiden pertama RI Soekarno itu, selalu dianggap warga sebagai Ketua Partai Pekerja Korea (PPK), meski yang bersangkutan sudah wafat.

Begitu juga terhadap Kim Jong Il (ayah Kim jong Un), putra dan penerus Kim Il Sung. Warga Korut selalu menganggap Kim Jong Il sebagai Sekretaris Jenderal PKK.

Untuk diketahui, setelah Perang Dunia II selesai, persisnya tahun 1948, PBB, Uni Soviet, dan AS bersepakat bekas negeri jajahan Jepang di semenanjung Korea harus menjadi negara merdeka.

Karena berbeda pendapat, PBB menyetujui pembagian pemerintahan administratif di daerah selatan dan utara Korea. Pemerintahan administratif yang terdiri dari dua Korea itu harus ditujukan untuk rekonsiliasi dan pembentukan satu negara Korea.

Namun, dua tahun berselang, pemerintahan administratif di selatan justru menunjukkan sikap yang menginginkan unifikasi.

Akhirnya, tahun 1950, Kim Il Sung yang memimpin pemerintahan administratif di utara melakukan kampanye militer ke daerah selatan untuk membentuk negara kesatuan.

Kampanye Kim Il Sung itu sukses. Namun, AS yang berada di belakang pemerintah administratif Selatan tidak menyetujui dan menyerang balik Korut hingga 27 Juli 1953 ditandatangani kesepakatan penghentian perang dengan tetap mempertahankan status quo, yakni pembagian dua Korea.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI