"Saya minta tolong untuk dikasih pengertian lagi, saya tetap berusaha cari uang, sabar. Tolong kasih kembali toleransi ke saya. Kalau bisa sih kasih keringanan jangan sampai tiga ratus biaya sewa," ujar Mimi.
Tanpa penghasilan yang tetap, untuk membayar uang sewa sebesar Rp300 ribu per perbulan, bukan perkara mudah bagi dia. Apalagi kalau semua tunggakan ditotal, tambah pusing kepala Mimi.
Perjuangan Mimi untuk minta penundaan pembayaran membuahkan hasil. Pengelola mau mengerti kesulitan Mimi dan dia diberi waktu tinggal di sana.
Tetapi, kaca jendela rusun Blok B, lantai 2, nomor 210, yang ditinggali Mimi dipasangi stiker bertuliskan tanda segel.
Suatu hari dia berkata kepada kepada petugas. Dia merasa sisa usianya tinggal dua tahun sampai tiga tahun lagi. Dia berharap diberi kesempatan untuk menghabiskan hidup di sini. Kalau pindah, dia tidak tahu hendak tinggal dimana.
"Usia saya sudah nggak lama lagi, paling sampai dua atau tiga tahun lagi. Kasih keringanan, Jangan saya disuruh pindah mau tinggal dimana lagi. Saya mau akhiri hidup di rusun saja," ujar Mimi.
Aktivitas Mimi sehari-hari yaitu membantu membuat kardus kue. Penghasilannya lumayan untuk makan.
Setiap Mimi bisa membentuk 100 kardus kue, dia mendapatkan upah Rp5 ribu.
"Untuk sebulan saja saya nggak sampai Rp200 ribu, apalagi kerja saya cuma bantu - bantu. Apalagi buat bayar sewa tiap bulan," ujar Mimi.
Mimi tinggal sebatang kara. Anaknya tinggal di luar kota.