Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan mengatakan KPK sudah memiliki risk management system, mengingat pekerjaan KPK merupakan pekerjaan paling berisiko di negeri ini.
"Manajemen resiko sudah ada di KPK, tapi sehebat apapun kita menjaga diri kalau sudah ditarget ya pasti ada titik-titik tertentu yang bisa (jadi celah). Nggak mungkin 24 jam kita was-was, makanya yang paling utama itu, disamping ada manajemen resiko perlindungan yang kita buat, kita tetap harus berbuat yang paling utama," kata Basaria di Hotel Gran Melia, Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan, Rabu (27/7/2017).
Hal ini menanggapi pernyataan penyidik KPK Novel Baswedan setelah menja'di korban penyerangan oleh orang tak di kenal di dekat rumah. Novel memiliki kertas surat rahasia yang berisi tentang nama penyidik KPK, alamat rumah, sampai rute perjalanan pulang dan pergi. Di antara nama penyidik yang jadi target yaitu Novel sendiri. Kertas berisi data penyidik tersebut akan diberikan seseorang untuk dilakukan eksekusi.
Hingga lebih dari seratus hari, polisi belum juga berhasil mengungkap siapa pelaku, meskipun Novel sudah memberikan informasi mengenai dugaan keterlibatan oknum Polri.
Menanggapi harapan Novel dibentuk tim pencari fakta gabungan untuk mengungkap kasusnya, Basaria mengatakan KPK percaya polisi dapat menangani.
"Kita masih memberi harapan besar mereka (polisi) akan mengungkap itu. Itu harapan kita, dan semua apapun yang mereka butuhkan, dari kita kalau dibutuhkan keteramgan termasuk keterangan dari korban sekarang ini kita akan memenuhi itu semua. Jadi sampai hari ini, kita masih percaya kepada kepolisian bisa menyelsaikan dan mengungkap tuntas," kata Basaria.
Novel pesitimitis polisi mau mengungkap kasusnya. Itu sebabnya, Novel berharap pembentukan tim TGPF.
"Kami akan bicarakan, mungkin hari ini atau besok pagi akan kami bicarakan dulu, supaya dalam setiap tindakan kita jangan terlalu gegabah, semua bisa berjalan smooth. Karena bagaiamanapun tindak pidana ini ada di kewenangan kepolisian, hasil yang dibentuk tim apapun namanya nanti tetap juga akan diberikan kepada meereka," kata Basaria
Novel
Novel mengungkapkan oknum polisi yang melakukan teror orangnya itu-itu saja. Novel yang telah menjadi korban teror air keras mengatakan punya informasi soal teror terhadap penyidik KPK.
"Ada beberapa teror yang dilakukan oleh orang-orangnya itu-itu saja sebetulnya. Sebetulnya kalau petinggi Polri memandang untuk diperbaiki, itu lebik baik, karena orangnya itu-itu juga. Itu yang membikin rusak Polri malah. Kalau itu mau diperbaiki, banyak kok bukti-buktinya di KPK. Ada beberapa yang melakukan teror, baik itu melalui telepon, teror-teror lainnya, dan lain-lainnya. Saya merasa tidak berkapasitas untuk menyampaikan," kata Novel ketika diwawancara Najwa Shihab dalam program acara Mata Najwa di Metro TV, semalam.
Novel kemudian menunjukkan kertas surat rahasia yang berisi tentang nama penyidik KPK, alamat rumah, sampai rute perjalanan pulang dan pergi. Di antara nama penyidik yang jadi target yaitu Novel sendiri.
"Saya pernah mendapat surat. Tapi ini surat saya tunjukkan ke Mbak Najwa, tidak untuk diperlihatkan ke publik karena ada nama-nama penyidik. Saya mendapatkan surat, kertas, yang tulisannya adalah nama-nama penyidik, disebutkan identitas, disebutkan alamat, disebutkan rute pulangnya, dan lain-lain. Ini diberikan oleh seorang perwira Polri untuk seseorang untuk dilakukan eksekutor. Itu berbahaya sekali," kata Novel.
Dalam surat tersebut, bahkan sampai ditulis alamat rumah lama dan baru penyidik KPK, sampai nomor ponsel.
Apakah data ini diberikan untuk mencari eksekutor agar menghabisi penyidik KPK?
"Saya nggak tahu, barangkali mau disapa (Novel tertawa). Saya melihat ini upaya terorlah yang dilakukan. Saya melihat ya bisa dihabisi, bisa ditabrak," kata Novel.
Dalam wawancara tersebut, Novel terlihat segar dan optimistis. Hanya matanya yang terlihat kurang baik, terutama pada mata sebelah kiri. Kornea mata sebelah kiri Novel luka parah akibat disiram air keras oleh eksekutor lapangan.
Novel kemudian menyontohkan fakta yang pernah terjadi padanya. Dia pernah ditabrak di tengah jalan.
"Saya beberapakali ditabrak dan penabrakan itu setelah saya cek dengan CCTV, saya dapatkan bukti bahwa penabrakan itu dilakukan dengan sengaja. Setelah saya melihat contoh kertas ini, itu menunjukkan bahwa hal-hal seperti ini terjadi," kata Novel.
Novel mengatakan jika dibentuk tim pencari fakta gabungan untuk mengungkap kasusnya, dia akan memberikan bukti-bukti. Tapi, Novel tidak akan memberikan bukti ke penyidik polisi karena pesimitis berani menindaklanjuti.
"Ini penting untuk saya sampaikan. Kalau dibentuk tim gabungan pencari fakta, saya akan berikan fakta-fakta seperti ini. Tapi kalau cuma disampaikan kepada penyidik, menangkap perkara terkait teror ke saya saja nggak berani, bagaamana dengan perkara yang begini," kata Novel.
"Manajemen resiko sudah ada di KPK, tapi sehebat apapun kita menjaga diri kalau sudah ditarget ya pasti ada titik-titik tertentu yang bisa (jadi celah). Nggak mungkin 24 jam kita was-was, makanya yang paling utama itu, disamping ada manajemen resiko perlindungan yang kita buat, kita tetap harus berbuat yang paling utama," kata Basaria di Hotel Gran Melia, Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan, Rabu (27/7/2017).
Hal ini menanggapi pernyataan penyidik KPK Novel Baswedan setelah menja'di korban penyerangan oleh orang tak di kenal di dekat rumah. Novel memiliki kertas surat rahasia yang berisi tentang nama penyidik KPK, alamat rumah, sampai rute perjalanan pulang dan pergi. Di antara nama penyidik yang jadi target yaitu Novel sendiri. Kertas berisi data penyidik tersebut akan diberikan seseorang untuk dilakukan eksekusi.
Hingga lebih dari seratus hari, polisi belum juga berhasil mengungkap siapa pelaku, meskipun Novel sudah memberikan informasi mengenai dugaan keterlibatan oknum Polri.
Menanggapi harapan Novel dibentuk tim pencari fakta gabungan untuk mengungkap kasusnya, Basaria mengatakan KPK percaya polisi dapat menangani.
"Kita masih memberi harapan besar mereka (polisi) akan mengungkap itu. Itu harapan kita, dan semua apapun yang mereka butuhkan, dari kita kalau dibutuhkan keteramgan termasuk keterangan dari korban sekarang ini kita akan memenuhi itu semua. Jadi sampai hari ini, kita masih percaya kepada kepolisian bisa menyelsaikan dan mengungkap tuntas," kata Basaria.
Novel pesitimitis polisi mau mengungkap kasusnya. Itu sebabnya, Novel berharap pembentukan tim TGPF.
"Kami akan bicarakan, mungkin hari ini atau besok pagi akan kami bicarakan dulu, supaya dalam setiap tindakan kita jangan terlalu gegabah, semua bisa berjalan smooth. Karena bagaiamanapun tindak pidana ini ada di kewenangan kepolisian, hasil yang dibentuk tim apapun namanya nanti tetap juga akan diberikan kepada meereka," kata Basaria
Novel
Novel mengungkapkan oknum polisi yang melakukan teror orangnya itu-itu saja. Novel yang telah menjadi korban teror air keras mengatakan punya informasi soal teror terhadap penyidik KPK.
"Ada beberapa teror yang dilakukan oleh orang-orangnya itu-itu saja sebetulnya. Sebetulnya kalau petinggi Polri memandang untuk diperbaiki, itu lebik baik, karena orangnya itu-itu juga. Itu yang membikin rusak Polri malah. Kalau itu mau diperbaiki, banyak kok bukti-buktinya di KPK. Ada beberapa yang melakukan teror, baik itu melalui telepon, teror-teror lainnya, dan lain-lainnya. Saya merasa tidak berkapasitas untuk menyampaikan," kata Novel ketika diwawancara Najwa Shihab dalam program acara Mata Najwa di Metro TV, semalam.
Novel kemudian menunjukkan kertas surat rahasia yang berisi tentang nama penyidik KPK, alamat rumah, sampai rute perjalanan pulang dan pergi. Di antara nama penyidik yang jadi target yaitu Novel sendiri.
"Saya pernah mendapat surat. Tapi ini surat saya tunjukkan ke Mbak Najwa, tidak untuk diperlihatkan ke publik karena ada nama-nama penyidik. Saya mendapatkan surat, kertas, yang tulisannya adalah nama-nama penyidik, disebutkan identitas, disebutkan alamat, disebutkan rute pulangnya, dan lain-lain. Ini diberikan oleh seorang perwira Polri untuk seseorang untuk dilakukan eksekutor. Itu berbahaya sekali," kata Novel.
Dalam surat tersebut, bahkan sampai ditulis alamat rumah lama dan baru penyidik KPK, sampai nomor ponsel.
Apakah data ini diberikan untuk mencari eksekutor agar menghabisi penyidik KPK?
"Saya nggak tahu, barangkali mau disapa (Novel tertawa). Saya melihat ini upaya terorlah yang dilakukan. Saya melihat ya bisa dihabisi, bisa ditabrak," kata Novel.
Dalam wawancara tersebut, Novel terlihat segar dan optimistis. Hanya matanya yang terlihat kurang baik, terutama pada mata sebelah kiri. Kornea mata sebelah kiri Novel luka parah akibat disiram air keras oleh eksekutor lapangan.
Novel kemudian menyontohkan fakta yang pernah terjadi padanya. Dia pernah ditabrak di tengah jalan.
"Saya beberapakali ditabrak dan penabrakan itu setelah saya cek dengan CCTV, saya dapatkan bukti bahwa penabrakan itu dilakukan dengan sengaja. Setelah saya melihat contoh kertas ini, itu menunjukkan bahwa hal-hal seperti ini terjadi," kata Novel.
Novel mengatakan jika dibentuk tim pencari fakta gabungan untuk mengungkap kasusnya, dia akan memberikan bukti-bukti. Tapi, Novel tidak akan memberikan bukti ke penyidik polisi karena pesimitis berani menindaklanjuti.
"Ini penting untuk saya sampaikan. Kalau dibentuk tim gabungan pencari fakta, saya akan berikan fakta-fakta seperti ini. Tapi kalau cuma disampaikan kepada penyidik, menangkap perkara terkait teror ke saya saja nggak berani, bagaamana dengan perkara yang begini," kata Novel.