Tetapi, kaca jendela rusun Blok B, lantai 2, nomor 210, yang ditinggali Mimi dipasangi stiker bertuliskan tanda segel.
Mimi kerap meminta pengelola untuk menunda jatuh tempo pembayaran sewa rusun. Mimi pasrah. Dia merasa sisa usianya tinggal dua tahun sampai tiga tahun lagi. Dia berharap diberi kesempatan untuk menghabiskan hidup di sini. Kalau pindah, dia tidak tahu hendak tinggal dimana.
"Usia saya sudah nggak lama lagi, paling sampai dua atau tiga tahun lagi. Kasih keringanan, Jangan saya disuruh pindah mau tinggal dimana lagi. Saya mau akhiri hidup di rusun saja," ujar Mimi.
Mimi sangat bersyukur punya banyak tetangga yang baik hati. Hampir setiap hari, dia ditolong tetangga. Misalnya memberi makan. Meski renta, Mimi tak menyerah begitu saja. Dia sering membantu warga yang memiliki usaha warung makan, misalnya membantu mengupas bahan - bahan dapur.
"Untuk dapat upah saya bantu warga yang punya warung mas. kupas - kupas bawang disitu saya dapat uang," ujar Mimi.
Aktivitas lain Mimi yaitu membantu membuat kardus kue. Penghasilannya lumayan untuk makan.
Setiap Mimi bisa membentuk 100 kardus kue, dia mendapatkan upah Rp5 ribu.
"Untuk sebulan saja saya nggak sampai Rp200 ribu, apalagi kerja saya cuma bantu - bantu. Apalagi buat bayar sewa tiap bulan," ujar Mimi.
Mimi tinggal seorang diri di rumah susun, Dimana Mimi mempunyai dua orang anak. Namun dua anaknya di luar kota. Semenjak lebaran tahun lalu, dia tidak dijenguk anak.
"Ada yang di luar kota mas anak. Tapi lama sejak lebaran tahun lalu nggak jenguk saya. Terus nggak ada yang kirim uang," ujar Mimi.