Kisah Lelaki Kristen Berdoa di Antara Umat Muslim yang Salat

Reza Gunadha Suara.Com
Kamis, 27 Juli 2017 | 12:38 WIB
Kisah Lelaki Kristen Berdoa di Antara Umat Muslim yang Salat
Nidal Aboud, umat Nasrani Palestina mengaji Alkitab di tengah barisan umat Muslim yang salat di depan gerbang Masjid Al Aqsa. [Twitter]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Warga dunia, termasuk Indonesia, seringkali salah kaprah dalam menyikapi konflik antara Palestina dan Israel. Kesalahan itu biasanya adalah menilai konflik tersebut dilatarbelakangi perbedaan agama. Namun, kisah Nidal Abdoud ini menjadi pembantah atas penilaian seperti itu.

Aksi protes terhadap kebijakan Israel yang membatasi warga Palestina memasuki kompleks Masjid Al Aqsa kerapkali berakhir bentrok.

Bentrokan tersebut semakin sering terjadi dalam dua pekan terakhir, tatkala Israel memasang pagar pembatas dan detektor logam di Masjid Al Aqsa yang dianggap kebijakan diskriminatif oleh warga Palestina.

Meski Israel akhirnya melepas detektor logam dan pagar pembatas, warga Palestina terus berdemonstrasi karena mereka masih dihambat untuk beribadah di masjid kuno tersebut.

Baca Juga: Buru Komunis, Duterte Ancam Bom Sekolah Milik Suku Minoritas

Ternyata, aksi-aksi itu tidak hanya diikuti oleh warga Palestina yang beragama Muslim, melainkan warga pemeluk kepercayaan lain.

Itulah yang seperti dilakukan Nidal Abdoud. Warga Kristen Palestina itu menjadi buah bibir warganet sedunia lantaran terekam kamera video maupun foto, ikut berdoa dalam saf demonstran Palestina yang salat Jumat di depan kompleks Masjid Al Aqsa.

Salat Jumat di depan gerbang Al Aqsa tersebut, seperti dilansir arabamerica.com, Kamis (27/7/2017), merupakan bentuk protes mereka terhadap Israel.

Dalam video maupun foto yang tersebar di media sosial, Nidal tampak khusyuk mengaji Alkitab dan memegang Rosario.

Baca Juga: Uji Iman, Tiga Perempuan Ini Perkosa Pemuka Agama

Nidal berdoa di dalam barisan kompatriotnya yang tampak bersedekap tanda khusyuk salat.

“Kompleks 'Haram ash-Sharif' (Masjid Al Aqsa) ini bukan hanya tempat suci bagi saudara-saudaraku yang Muslim. Kami juga menganggap tempat ini suci. Karenanya, kesucian itu tidak boleh dinodai oleh rezim agresor Israel,” tegas Nidal.

Ia menjelaskan, akan melakukan hal sama kalau Israel memasang detektor logam dan pagar pembatas di Gereja Suci Sepulchre yang juga berdekatan dengan Masjid Al Aqsa. Gereja tersebut diyakini berdiri tepat di lokasi penyaliban Yesus Kristus.

Pemimpin Gereja Sepulchure juga telah mengeluarkan maklumat resmi yang berisi kecaman terhadap Israel atas kebijakannya terhadap Masjid Al Aqsa.

Tak hanya itu, Delegasi World Council of Churches di Palestina ikut dalam barisan demonstran yang melakukan protes di depan Masjid Al Aqsa.

Sementara sejumlah gereja di Bethlehem, Tepi Barat, menggelar doa bersama untuk para demonstran dalam ibadah Minggu.

Para pemimpin gereja di Bethlehem juga menyerukan jemaatnya untuk membantu, bahkan turut serta dalam aksi protes warga Muslim Palestina.

Sejak Masjid Al Aqsa ditutup dan dipasang detektor logam oleh Israel, Kepala Gereja Ortodoks Yerusalem, Atallah Hanna, juga mengelar aksi mengecam.

"Muslim dan Nasrani Palestina sudah seharusnya bersatu melawan rezim zionis Israel. Perlawanan terhadap kebijakan rasis dan penjajahan Israel adalah suatu keharusan bagi kita,” tegasnya kepada Anadolu Agency, media yang berbasis di Turki.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI