Inspektur Jenderal Mochamad Iriawan mengaku sangat lega ketika tongkat komando Kapolda Metro Jaya beralih ke tangan Inspektur Jenderal Idham Azis.
Usai resmi dilantik sebagai Asisten Operasi Kapolri, Iriawan merasa beban yang selama ini dipikulnya sudah lepas.
"Tadi pagi saya Sertijab, saat tongkat komando beralih, tanggung jawab juga pada pimpinan baru. Semenjak itu pula badan saya langsung terasa dingin. Artinya, Alhamdulillah karena memang apapun pasti sebentar lagi beban saya selesai," kata Iriawan saat memberikan sambutan dalam acara lepas sambut di Balai Pertemuan Polda Metro Jaya, Rabu (26/7/2017)
Dia pun menceritakan ada pengalaman yang tak mungkin dilupakan selama dirinya menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya. Pengalaman itu, saat polisi menghadapi aksi unjuk rasa berjilid-jilid yang menuntut agar Basuki Tjahaja Purnama dijebloskan ke penjara atas kasus penodaan agama.
"Ada pengalaman yang tak pernah terlupakan, waktu Bela Islam yang 12, 212, 411," kata dia.
Bahkan, Iriawan yang didampingi Mayor Jenderal Teddy Lhaksmana, saat masih menjabat Pangdam Jaya harus turun langsung melakukan pengamanan terhadap aksi tersebut.
"Pada suatu saat saya harus ke kerumunan massa. Pangdam menyampaikan 'pak ini nggak rawan. Nggak bahaya'. Saya bilang, 'mas saya ambil keputusan agar mas mau mendampingi saya. Supaya kita bersinergi dan tak ada yang mengadu domba TNI dan Polri. Jadi mas tetap dibelakang saya. Dan Pangdamnya luar biasa," kata Iriawan.
Dia juga mengaku harus cepat mengambil tindakan agar situasi politik Jakarta tak memicu pergolakan di masyarakat. Dia juga pasrah mempertaruhkan jabatannya saat mengambil tindakan tersebut.
"Saya bilang 'abang, kalau seandainya umur kita berakhir di sini, Allah sudah membuatkan takdir'. Tapi kita punya kebanggan. Daripada kita tak berbuat tapi tak copot, lebih baik kita berbuat. Kalau dicopot itu sudah risiko," tambahnya.
Iriawan mengaku tensi darahnya cukup tinggi selama melakukan pengamanan di Ibukota