Suara.com - Bandar narkoba jaringan internasional menyasar Indonesia sebagai target peredaran. Faktanya permintaan narkoba di tanah air masih dianggap cukup tinggi.
Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya Komisaris Besar Nico Afinta pernah bercerita Senin (24/7/2017) kemarin di Polda Metro Jaya, Jakarta. Kata dia, permintaan narkoba masih besar di Indonesia.
Sebelumna polisi mengungkap penyelundupan sabu-sabu seberat satu ton di Serang, Banten. Polisi juga berhasil menggagalkan penyelundupan sabu-sabu seberat 41,6 kilogram di sebuah ruko di Perumahan Taman Surya, Kalideres, Jakarta Barat.
Kedua kasus penyelundupan sabu-sabu itu berasal dari bandar besar yang berada di Cina. Masih maraknya peredaran narkoba di Indonesia karena peminat barang haram itu mencapai hingga 5 juta orang. Itu berdasarkan data yang dihimpun Badan Narkotika Nasional.
Baca Juga: Jokowi Apresiasi BNN dan Polri Bongkar Selundupan Sabu 1 Ton
Data BNN, ada 1 sampai 5 juta penduduk Indonesia menggunakan narkoba. Dari data tersebut, diperkirakan 10 persen lebih pengguna narkoba berada di Jakarta.
“Kalau kita hitung satu orang pake 1 gram berarti satu juta satu ton (narkoba)," kata Nico.
Soal pengungkapan 1 ton sabu, Kapal Wanderlust yang dipakai untuk mengangkut sabu asal Guang Zho seberat 1 ton menjadi target operasi aparat empat negara, termasuk Indonesia. Presiden Joko Widodo sampai memerintahkan aparat keamanan untuk melacak kapal yang kabarnya sedang menuju ke Indonesia.
"Presiden Jokowi telah menginstruksikan kepada seluruh aparat, instansi yang memiliki kewenangan untuk bisa bekerjasama,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani pekan lalu.
Ternyata benar, kapal tersebut membawa barang haram. Sabu dipindahkan dari kapal besar ke Serang, Banten, dengan kapal karet. Tak lama kemudian, barang bukti ditemukan petugas. Setelah anak buah kapal memindahkan sabu ke perahu karet, kapal kembali ke tengah laut. Sampai akhirnya, kapal Wanderlust berbendera Sierra Leone terlacak setelah Polri bekerjasama dengan penyelundup aparat bea cukai dan TNI.
Baca Juga: Arena Sabung Ayam Digerebek, Penjudi dan Ayamnya Kocar-kacir
Dalam kasus penyelundupan sabu, polisi menangkap sembilan orang. Empat orang ditangkap ketika polisi menggerebek tempat transit sabu di Serang pada Kamis (13/7/2017) dini hari. Keempat warga Taiwan yang ditangkap yaitu LMH, CWF, LGY, dan HYL. LMH yang merupakan pimpinan penyelundup narkoba ditembak mati karena melawan. Sedangkan lima orang lagi ditangkap di kapal Wanderlust. Mereka adalah anak buah kapal berinisial TCH, SCF, KCY, KCH, dan JJS.
Jalur laut memang menjadi akses yang disuka pengedar narkoba. Direktur Jenderal Bea dan Cukai Heru Prambudi mencatat sektor barat Malaka di perairan Indonesia masih rawan penyeludupan narkoba. Di sana banyak jalur ilegal atau pelabuhan tikus yang berada di pesisir pantai Sumatera.
“Pelabuhan tikus itu kami identifikasi di Pantai Timur Sumatera. Pantai Timur Sumatera inilah yang kemudian kami anggap resikonya relatif lebih tinggi. Paling rawan sektor barat Malaka," kata Heru pekan lalu.
Trik sederhana
Hanya saja, peredaran narkoba tidak melulu menggunakan trik secanggih cerita sebelumnya. JAN (28) mengedarkan sabu dengan menggunakan mesin cuci. Badan Narkotika Nasional (BNN) menyebut modus itu sebagai cacra baru yang harus diwaspadai.
JAN adalah pengepul dan pengedar narkotika jenis Sabu seberat 10.53 kilogram di sebuah rumah di Kavling Pancur Baru, Sei Baduk, Batam, Kepulauan Riau, Rabu (19/7/2017) lalu.
"Kami tangkap JAN di rumahnya. Kami temukan Sabu seberat 10.35 kilogram. Ini dimasukkannya melalui mesin cuci ini modus baru. Dia juga pengepul dan pengedar," kata Kepala BNN, Komisaris Jenderal Budi Waseso di Kantor BNN, Jalan MT. Haryono, Cawang, Jakarta Selatan, Selasa (25/7/2017).
Hasil keterangan dari JAN, Sabu yang didapatnya dari seorang kurir atas perintah dari seorang yang bernama ABANG, yang kini masih menjadi Daftar Pencarian Orang.
"Itu JAN dapat sabu dari inisial ABANG, melalui kurir. ABANG ini masuk dalam DPO kami. JAR melakukan transaksi di pelabuhan Punggur Batam," kata Buwas.
Buwas mengatakan setelah Sabu diterima oleh JAN dan disimpannya dalam rumah. JAN tinggal menunggu Instruksi dari ABANG tersebut untuk Sabu akan dikirimkan. JAR setiap menjual satu kilogram Sabu mendapatkan upah sebesar Rp2 juta setiap barang yang diedarkannya tersebut.
Buwas mengatakan hasil pengungkapan BNN sebelumnya di sejumlah wilayah di Indonesia di Jakarta, Medan, Bali, Jambi, dan Palembang. JAN merupakan pemasok sabu yang merupakan Jaringan Internasional. Sabu juga didapat dari negara Malaysia.
"Untuk peredaran narkotika saat ini masih sangat besar. Ini juga melibatkan jaringan malaysia, barang semua dari Malaysia," ujar Buwas.
Deputi Bidang Pemberantasan BNN Inspektur Jenderal Arman Depari menjelaskan Sabu yang diungkap dalam mesin cuci digunakan untuk mengelabui petugas bea cukai. Dan juga diselundupkan melalui perairan Batam.
Penangkapan JAN dari pengembangan beberapa kasus sebelumnya yang diungkap BNN dengan total Sabu sebanyak 18 kilogram dengan rincian dari tanggal 14 - 16 Juli 2017. Arman mengatakan pengungkapan pertama berawal dari penangkapan dua warga negara Indonesia berinisial MI dan MY di Terminal kedatangan Domestik Bandara Udara Ngurah rai, Bali, pada Jumat (14/7/2017) lalu.
Dari hasil keterangan MY, Sabu didapat dari Batam untuk diserahkan kepada MI ya gbtelah menunggu di Bandara Ngurah Rai. Selanjutnya pada, Sabtu, (15/7/2017) BNN kembali mengagalkan pengiriman sabu di terminal keberangkatan domestik Bandara Soekarno Hatta, Jakarta.
"Itu kami kembali tangkap tiga Warga Negara Indonesia berinisial YS, J, dan HS, merupakan kurir, yang sembunyikan sabu seberat 2.2 kilogram didalam sepatu," ujar Arman.
Selanjutnya masih dihari yang sama, Bea Cukai Jambi dan BNN kembali me gamankan dua orang kurir di Bandara Sultan Taha, Jambi dengan barang bukti Sabu sebanyak 1 kilogram.
Keesokan harinya, pada Minggu (16/7/2017) , Bea Cukai dan BNN kembali menungkap penyelundupan 4 kilogram Sabu dari Medan ke Palembang. Dengan mengamankan dua orang berinisial E dan D. Sabu rencana akan diantar kepada pelaku berinisial ND dan FA yang telah menunggu di Palembang.