Suara.com - Rasa haru dan bangga terlihat diraut muka para perwira remaja TNI dan Polri usai dilantik Presiden Joko Widodo di halaman Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (25/7/2017). Salah satu perwira TNI Angkatan Laut, Letda Setya mengaku sangat bangga bisa dilantik oleh Presiden di Istana Kepresidenan.
"Saya sangat bangga bisa dilantik Presiden, apalagi pertama kali untuk leting (angkatan) kami di Istana Merdeka. Itu sangat membanggakan buat kami seleting (seangkatan)," kata Setya.
Setya mengaku lebih bahagia lagi dilantik di Istana karena bisa disaksikan langsung oleh Ibu dan keluarganya. Ia pun tak kuasa menahan haru, air matanya menetes.
"Kehadiran orangtua lebih menambah hati saya jadi lebih senang, karena meski single parant bisa membesarkan anaknya menjadi seorang perwira," ujar dia dengan terharu.
Baca Juga: Perwira Remaja Tangis-tangisan di Halaman Istana Merdeka
Dia tak menyangka bisa menjadi seorang perwira dan dilantik di Istana oleh Presiden. Ia mengaku Ibunya seorang diri membanting tulang mencari nafkah dan menyekolahkanya sampai lulus menjadi perwira, karena Bapaknya sudah lama meninggal dunia.
"Rasanya seperti tidak mungkin saja (jadi perwira), karena dengan hanya satu orang tua saja bisa membesarkan menjadi seorang perwira. Berbeda dengan yang lain, yang orang tuanya masih lengkap, masih ada Bapak dan Ibu, bisa sama-sama melihat anaknya dilantik," kata dia.
Sebelumnya saat Ibunya menemuinya di lapangan halaman Istana Merdeka usai pelantikan, Setya pun bersimpuh di kaki Ibunya dengan bercucuran air mata. Dia mengaku dengan mencium kaki Ibunya bisa mendapatkan energi dan semangat baru.
"Itu tradisi yang saya lakukan setiap mau bali dari pesiar waktu saya menjadi taruna. Karena dengan sujud syukur dan mencium kaki Ibu saya itu memberi motivasi dan sugesti kepada diri saya untuk menjadi lebih baik ke depannya," tutur lelaki asal Surabaya ini.
Setya menceritakan sejak kecil memiliki cita-cita menjadi TNI AL. Kini terwujud. Bahkan dia sempat tidak lulus dua kali mendaftar masuk Akmil.
Baca Juga: BNN Ungkap Peredaran Narkoba Lewat Mesin Cuci
"Saya juga tiga kali mendaftar, yang ketiga kali baru lulus," ujar dia.
Dia mengaku sebelum masuk Amil pernah bekerja serabutan. Bahkan pernah bekerja menjadi penjual koran untuk mencari nafkah membantu orang tuanya.
"Saya dulu sempat bekerja menjadi tukang koran dan menjadi SPG. Saya juga pernah jadi pegawai katering selama dua tahun menunggu pendaftaran," ungkap alumni SMA Kartika 43 Surabaya ini.
Dia menambahkan, tujuannya menjadi perwira TNI AL agar bisa membantu Ibu dan membiayai sekolah adiknya.
"Jujur saja pertama untuk mencari pekerjaan, untuk menghidupi Ibu dan kedua adik saya," tandas dia.
Dalam kesempatan yang sama, Ibu Setya, Srimami Khoirunnikmah tak kuat menahan haru. Sambil menangis ia mengaku sangat bangga anaknya akhirnya menjadi perwira TNI AL.
"Alhamdulillah hirobbil alamin ya Allah, puji syukur kehadiran Allah SWT sampai empat tahun ini saya sebenarnya berjuang memberi semangat sama anak-annak, akhirnya anak saya bisa diwisuda, dilantik bersama teman-temannya," kata dia.
Srimami sehari-hari bekerja membuat bumbu pecel. Dari pekerjaan ini lah ia membesarkan dan menyekolahkan anak-anaknya.
"Insyallah dia menjadi seorang perwira yang betul-betul bisa dibanggakan dunia dan akhirat. bukan hanya sekedar mencari gaji, tapi juga mengabdi kepada bangsa negara dan agama. Apalagi Setya sejak tingkat dua bapaknya telah meninggal dunia, banyak sekali cobaan, rintangan yang dihadapi. Tapi saya mencoba tegar, walaupun sebenarnya tiap malam hati saya menangis, namun alhamdulillah saya bisa mewujudkan cita-cita dia. Memang sejak kecil kalau dia TK karnaval itu kalau pakai baju tentara betah seharian" tutur dia.