Dia mengaku sebelum masuk Amil pernah bekerja serabutan. Bahkan pernah bekerja menjadi penjual koran untuk mencari nafkah membantu orang tuanya.
"Saya dulu sempat bekerja menjadi tukang koran dan menjadi SPG. Saya juga pernah jadi pegawai katering selama dua tahun menunggu pendaftaran," ungkap alumni SMA Kartika 43 Surabaya ini.
Dia menambahkan, tujuannya menjadi perwira TNI AL agar bisa membantu Ibu dan membiayai sekolah adiknya.
"Jujur saja pertama untuk mencari pekerjaan, untuk menghidupi Ibu dan kedua adik saya," tandas dia.
Baca Juga: Perwira Remaja Tangis-tangisan di Halaman Istana Merdeka
Dalam kesempatan yang sama, Ibu Setya, Srimami Khoirunnikmah tak kuat menahan haru. Sambil menangis ia mengaku sangat bangga anaknya akhirnya menjadi perwira TNI AL.
"Alhamdulillah hirobbil alamin ya Allah, puji syukur kehadiran Allah SWT sampai empat tahun ini saya sebenarnya berjuang memberi semangat sama anak-annak, akhirnya anak saya bisa diwisuda, dilantik bersama teman-temannya," kata dia.
Srimami sehari-hari bekerja membuat bumbu pecel. Dari pekerjaan ini lah ia membesarkan dan menyekolahkan anak-anaknya.
"Insyallah dia menjadi seorang perwira yang betul-betul bisa dibanggakan dunia dan akhirat. bukan hanya sekedar mencari gaji, tapi juga mengabdi kepada bangsa negara dan agama. Apalagi Setya sejak tingkat dua bapaknya telah meninggal dunia, banyak sekali cobaan, rintangan yang dihadapi. Tapi saya mencoba tegar, walaupun sebenarnya tiap malam hati saya menangis, namun alhamdulillah saya bisa mewujudkan cita-cita dia. Memang sejak kecil kalau dia TK karnaval itu kalau pakai baju tentara betah seharian" tutur dia.