Anggota Komisi III DPR Eddy Kusuma Wijaya meminta Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya mengkaji secara menyeluruh rencana merekrut warga sipil atau Pak Ogah untuk membantu mengatur arus lalu lintas.
"Untuk Polri, ini dipelajari dan dianalisis dulu," kata Eddy di DPR, Jakarta, Selasa (25/7/2017).
Purnawirawan jenderal bintang dua menyarankan sebelum membantu tugas polisi, Pak Ogah dididik dengan benar agar paham aturan lalu lintas.
Menurut dia program semacam ini sudah pernah dibuat dengan nama Kamra Lalu Lintas dan Banpol Lalu Lintas. Tetapi, kemudian dibubarkan lagi karena ternyata melenceng dari tujuan, di antaranya terjadi praktik pungutan liar.
"Jangan sampai nanti terulang lagi kayak dulu dan mengarah ke pungli," tuturnya.
Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Halim Pagarra mengatakan wacana tersebut memang masih dibahas.
"Menggunakan supertas, sukarelawan pengatur lalu lintas, itu program yang akan dibicarakan, dipresentasikan. Nanti dia akan pakai seragam," tutur Halim di Polda Metro Jaya, Jumat (21/7/2017).
Supertas rencananya ditempatkan area rawan macet. Mereka akan diberikan seragam khusus agar pengendara mengenali mereka.
Soal honor, Halim mengatakan polisi akan bekerja ama dengan perusahaan swasta dengan memanfaatkan dana corporate social responsibility.
"Itu kita minta beberapa perusahaan untuk menggaji dia. Melalui CSR. Nanti kita minta untuk (memberi upah) pengatur lalu lintas," kata dia.
Pak Ogah di Jalan Saharjo, Tebet, Jakarta Selatan, sangat setuju direkrut polisi untuk membantu mengurai kemacetan.
"Ya, dengar kabar itu mas, alhamdulillah bagus dong. Kami kan juga bantu polisi ngatur mobil yang lewatkan kalau macet," kata Joko (32) yang ditemui Suara.com.
Apapun yang diberikan polisi sebagai imbalan tak jadi soal bagi Joko, apalagi kabarnya nanti mereka akan diberi gaji yang diambil dari corporate social responsibility perusahaan swasta.
"Ya, nggak masalah untuk nanti digaji," kata dia.
Yang jadi pikiran Joko sekarang adalah apakah semua Pak Ogah di Jalan Saharjo termasuk yang direkrut atau tidak.
"Tapi nanti kebagian semua nggak yang markir di sini mas," kata Joko.
"Ini kan masalahnya mas apa semua dilibatkan. Nanti polisi malah nunjuk berapa orang doang kan. Kami di sini ada 20 orang," Joko menambahkan.
"Untuk Polri, ini dipelajari dan dianalisis dulu," kata Eddy di DPR, Jakarta, Selasa (25/7/2017).
Purnawirawan jenderal bintang dua menyarankan sebelum membantu tugas polisi, Pak Ogah dididik dengan benar agar paham aturan lalu lintas.
Menurut dia program semacam ini sudah pernah dibuat dengan nama Kamra Lalu Lintas dan Banpol Lalu Lintas. Tetapi, kemudian dibubarkan lagi karena ternyata melenceng dari tujuan, di antaranya terjadi praktik pungutan liar.
"Jangan sampai nanti terulang lagi kayak dulu dan mengarah ke pungli," tuturnya.
Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Halim Pagarra mengatakan wacana tersebut memang masih dibahas.
"Menggunakan supertas, sukarelawan pengatur lalu lintas, itu program yang akan dibicarakan, dipresentasikan. Nanti dia akan pakai seragam," tutur Halim di Polda Metro Jaya, Jumat (21/7/2017).
Supertas rencananya ditempatkan area rawan macet. Mereka akan diberikan seragam khusus agar pengendara mengenali mereka.
Soal honor, Halim mengatakan polisi akan bekerja ama dengan perusahaan swasta dengan memanfaatkan dana corporate social responsibility.
"Itu kita minta beberapa perusahaan untuk menggaji dia. Melalui CSR. Nanti kita minta untuk (memberi upah) pengatur lalu lintas," kata dia.
Pak Ogah di Jalan Saharjo, Tebet, Jakarta Selatan, sangat setuju direkrut polisi untuk membantu mengurai kemacetan.
"Ya, dengar kabar itu mas, alhamdulillah bagus dong. Kami kan juga bantu polisi ngatur mobil yang lewatkan kalau macet," kata Joko (32) yang ditemui Suara.com.
Apapun yang diberikan polisi sebagai imbalan tak jadi soal bagi Joko, apalagi kabarnya nanti mereka akan diberi gaji yang diambil dari corporate social responsibility perusahaan swasta.
"Ya, nggak masalah untuk nanti digaji," kata dia.
Yang jadi pikiran Joko sekarang adalah apakah semua Pak Ogah di Jalan Saharjo termasuk yang direkrut atau tidak.
"Tapi nanti kebagian semua nggak yang markir di sini mas," kata Joko.
"Ini kan masalahnya mas apa semua dilibatkan. Nanti polisi malah nunjuk berapa orang doang kan. Kami di sini ada 20 orang," Joko menambahkan.