KPK Kembali Periksa Kepala Biro Perencanaan Bakamla Nofel Hasan

Senin, 24 Juli 2017 | 11:48 WIB
KPK Kembali Periksa Kepala Biro Perencanaan Bakamla Nofel Hasan
Ketua KPK, Agus Rahardjo bersama Wakil Ketua KPK, Laode Muhammad Syarif menunjukkan barang bukti OTT pejabat Bakamla di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (15/12).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Komisi Pemberantasan Korupsi menjadwalkan pemeriksaan tehadap Kepala Biro Perencanaan dan Organisasi Badan Keamanan Laut, Nofel Hasan sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap proyek pengadaan satelit monitoring di Bakamla, Senin (24/7/2017)

"‎NH (Nofel Hasan) kami periksa sebagai tersangka kasus dugaan suap di proyek pengadaan satelit monitoring Bakamla," kata Juru Bicara KPK, Febri Diansyah saat dikonfirmasi.

Seperti diketahui, Rabu (12/4/2017) Nofel sudah mejalani pemeriksaannya yang pertama sebagai tersangka.

Dalam kasus ini, nama anggota Komisi I DPR RI Fraksi Golkar, Fayakhun Andriadi sering kali disebut. Dia bahkan pernah diperiksa sebagai saksi untuk Nofel Hasan dan sudah dicegah agar tidak bepergian ke luar negeri hingga 6 bulan.

Baca Juga: KPK Duga Suami Aktris Inneke Koesherawati Otak Suap Bakamla

Menurut Direktur PT Merial Esa, Fahmi Darmawansyah, Fayakhun turut terima uang yang dia titipkan kepada politikus PDIP Fahmi Habsyi atau Ali Fahmi untuk keperluan proyek pengadaan senilai Rp 200 miliar.

Pemenang tender atas proyek pengadaan alat satelit monitoring Bakamla tahun anggaran 2016 yaitu PT Melati Technofo Indonesia. Pemenangan tender diduga tidak berjalan lurus.

Sebab, 3 orang petinggi PT MTI, yakni Fahmi Dharmawansyah, M. Adami Okta, dan Stefanus Hardy diduga melakukan suap ke sejumlah pejabat ‎Bakamla.‎.

Ketiga petinggi PT MTI tersebut lantas tejaring dalam Operasi Tangkap Tangan oleh KPK dan sudah ditetapka sebagai tersangka. Selain ketiganya, KPK juga menetapkan Nofel Hasan dan Deputi Informasi, Hukum, dan Kerjasama‎ Bakamla‎ Eko Susilo Hadi sebagai tersangka kasus yang sama. Keduanya diduga sebagai penerima suap dari Dirut PT Merial Esa, Fahmi Dharmawansyah.

Nilai suap yang diterima Nofel sebesar 104.500 USD dari nilai kontrak sebesar Rp220 miliar.

Atas perbuatannya, Nofel disangkakan melanggar Pasal 12 huruf a atau Pasal 12 huruf b atau Pasal 11 UU nomor 31 tahun 1999 sebagaimana diubah dengan UU nomor 20 tahun 2001 tentang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

Baca Juga: Suap Pejabat Bakamla, Jaksa KPK Tuntut 2 Terdakwa 2 Tahun Penjara

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI