Suara.com - Presiden Filipina Rodrigo Duterte bersumpah akan mengobarkan perang terhadap Partai Komunis Filipina beserta sayap militernya, Tentara Rakyat Baru (New People’s Army; NPA), setelah “membereskan” gerombolan teroris Maute di Kota Marawi.
Duterte, seperti dilansir Channel News Asia, Jumat (20/7/2017), telah rapat-rapat menutup pintu perundingan damai dengan PKF/NPA yang sudah berlangsung dalam sejumlah ronde selama ini.
Keputusan Duterte itu berkaitan dengan penyergapan NPA terhadap konvoi pengawalnya di Kota Marawi, untuk memprotes kebijakan darurat militer. Dalam penyergapan itu, empat pengawal Duterte tertembak.
"Saya tidak lagi ingin berbicara mengenai perdamaian. Setelah selesai di sini (Marawi), kami akan kembali mengejar kaum komunis,” tegas Duterte.
Baca Juga: 'Walk Out' saat Paripurna, PAN: Kami Tidak Membangkang!
Jesus Dureza, penasihat dan juru runding Dutere dengan pihak komunis, telah membatalkan pertemuan resmi dengan Front Demokrasi Nasional Filipina (NDFP) yang seharusnya digelar pekan ini.
NDFP adalah aliansi politik PKF dengan beragam organisasi massa, individu, maupun kelompok-kelompok nasionalis, agama. NDFP merupakan “pemerintah bayangan” di negeri tersebut. Selain itu, NDFP juga mewakili PKF untuk perundingan damai dengan pemerintah.
Sejak kali pertama diterapkan, kebijakan darurat militer terus mendapat perlawanan dari beragam organisasi rakyat.
Termutakhir, PKF melalui sayap militernya, NPA, menyergap iring-iringan pengawal Presiden Duterte di Pulau Mindanao, sebagai bentuk perlawanan.
Penyergapaan NPA tersebut, seperti dilansir Agence France-Presse, Rabu (19/7/2017), berhasil menembak dan mengakibatkan empat pengawal Duterte terluka.
Baca Juga: Apa yang Unik pada Baliho di Kantor DPP Partai Golkar Ini?
"Penyerangan ini adalah bagian kampanye PKF/NPF untuk menyerukan rakyat Filipina serta kelompok bersenjata lain untuk menentang kebijakan darurat militer," kata perwira senior militer Filipina di Mindanao, Brigadir Jenderal Gilberto Gapay.